Saturday, September 8, 2018

Permainan istriku ketika dipijat

Sudah sekitar 2 bln terakhir ini gw sering berfantasi yg mungkin bs dibilang nakal. Yakni merasa lbh horny jk melihat istri gw ML sm cowok lain. Ya.., mungkin krn khdpn seks yg monoton. Seiring dengan berjalannya waktu gw berhasrat ingin mencoba merealisasikan fantasi gw tsb.

Istri gw tergolong alim & pemalu. Pernah gw pancing ide gila ini sewaktu sedang ML dengannya. Walhasil... do’i marah bro.

Hingga suatu hari muncul ide yg mnrt gw cocok untuk merealisasikan fantasi gw tsb.

Awalnya gini, untuk menjaga kebugaran & vitalitas tubuhnya, istri gw sering dipijat. Tp selama ini yg mijat adl ibu2x tua. Ya.., namanya juga tukang pijat beneran.

Sedikit info ttg istri gw, usianya 29 th, tingginya 165cm, ukrn bra 36B. Kulit kuning langsat. Facenya sepintas spt Dina Lorenza.

Kejadian ini berawal ketika suatu hr gw pernah baca iklan dikoran tentang pijat refleksi. Bermodalkan info tsb, lalu gw ketempat pemijatan tsb. Singkat cerita, setelah mendapatkan info yg gw butuhkan, akhirnya gw membuat janji dgn pengurus panti pijat tsb mengenai kapan, siapa yang yg memijat & dipijat, kategori pemijatan & tempatnya.

Di hari & tempat yg telah dipersiapkan, sekarang gw tinggal menunggu waktunya sj. “Jam berapa Mas pijatnya?” tanya F istri gw. “Jam 9”. “Kok ga suruh Bi Tika sj sih yg pijat. Kaya’ biasanya?” “Pijat yg satu ini lain. Namanya juga refleksi. Bukan spt pijat urut biasa. Tp fungsi utamanya utk merelekskan otot2x yg kaku. Bahkan bs menyembuhkan penyakit tertentu jika rutin”.

Tepat jm 9 lwt 10 menit sang pemijat pun datang.

“Malam Mas T. Maaf sy sdkt terlambat.” “Ndak apa2x. Kebetulan anak2x sdh tidur, jadi ga ada yg ganggu. Maklum msh kecil2x.”

Setelah perkenalan sejenak dgn istri gw, lalu acara pemijatan pun dimulai.

Sengaja gw pilih ruang kamar tidur khusus tamu dlm proses pemijatan kali ini. Karena sebelumnya gw sdh memasang hidden cam di salah sudut kmr tsb. Jd nanti gw bs leluasa memantau seluruh isi ruangan.

“Bisa dimulai skrng Mbak F” tanya A kepada istri gw. Sdkt info lagi, pemijat yg gw pilih memang usianya lebh muda 3 th dr istri gw. Dan face-nya pun lumayan ganteng. Kulitnya kuning, tinggi sktr 170 cm.

Istri gw berbaring telungkup diranjang yg memang khusus utk 1 orang. Dia hanya berbalut kain tp msh menggunakan bra & cd.

A memulai aksinya. Pijatan dimulai dari telapak kaki. Gw memperhatikan dgn seksama setiap gerakannya.
“Kalo terasa sakit, bilang ya Mbak,” ucap B kepada istri gw. “Iya,” jwb F singkat.
Sambil memijat B berusaha bersikap sopan baik dlm berbicara maupun bertindak. Dan untuk mencairkan suasana, kami bertiga pun terlibat perbincangan ringan.

Hampir 10 menit berlalu, tahap pemijatan berhenti didaerah lipatan dengkul. Kemudian B beralih ke punggung.

“Maaf Mbak F, sy buka bra-nya ya. Soalnya mau diberi minyak?” Dengan posisi kepala yg miring, Istri gw melirik kearah gw. Dan gw pun mengangguk pelan. “Buka sj A, biar nggak mengganggu,” jwb gw.

F mulai kelihatan rileks. Dan dia mulai menikmati pijatan B didaerah punggungnya.

“Aku ke WC dulu Ma, udah kebelet nich,” kata gw pura2x. Padahal disinilah awal fantasi gw bermulai. Lalu gw meninggalkan mereka berdua di dalam kamar.

Keluar dr kamar gw tdk menuju ke WC melainkan ke ruang tamu sambil menghidupkan alat perekam dr hidden cam yang sdh gw pasang.

Video receiver & recorder yg gw beli cukup kecil tp lumayan canggih. Selain kualitas gambar yg cukup bgs, alat ini juga dilengkapi dgn audionya.

Sungguh pemandangan yg bs bikin horny melihat istri gw disentuh & diraba oleh pria lain. Apalagi ketika A minta izin istri gw utk menurunkan sdkt cd-nya krn akan memijat daerah pantat.

Gw semakin horny ketika melihat aksi A yang agak menekan-nekan jarinya didaerah pangkal tulang ekor pantat istri gw. Dan istri gw pun kelihatannya semakin rileks dan menikmati setiap sentuhan & pijatan A.

Gw mengambil inisiatif utk cari alasan keluar rumah supaya mereka bisa lebih leluasa. Dgn berpura-pura keluar dr WC, gw msk lagi kedalam kamar.

Pemandangan yang indah. Kini cd F sudah berada di daerah dengkulnya. Meskipun pantatnya tertutup kain.

“Ma., aku keluar sebentar mau beli nasi goreng. Mama mau nggak?” Istri gw hanya menjawab dgn gelengan pelan dengan mata yg terpejam.

Kelihatannya dia sudah benar2x rileks. Lalu gw pun keluar dgn menghidupkan motor. Dan berlalu.

Beberapa meter dr rumah, gw mematikan mesin. Lalu gw kembali lg kerumah. Dan masuk lewat pintu belakang yg sengaja tdk gw kunci. Dari dlm dapur, gw mulai menonton aksi A.

Pemandangan yg gw lihat semakin indah. Kini cd F sudah terlepas dari tubuhnya. Samar-samar gw bisa mendengar percakapan mereka krn gw sengaja mengecilkan volume audionya.
A sekarang memijat bagian paha F. Ketika kamera zoom-nya diperbesar, gw dpt melihat dgn jelas ada sesuatu yang menonjol dibalik training A.

“Jika terasa sakit, bilang ya Mbak.” F hanya mengangguk pelan. Tangan A semakin naik keatas pangkal paha F. Terlihat jelas posisi F yang mulai berubah. Dia mungkin sdng menahan geli atau juga merasakan sensasi tertentu ketika jari2x A terkadang dengan sengaja menyentuh vaginanya.

Posisi kaki F sekarang tidak serapat pada saat mulainya pemijatan. Sedikit demi sedikit mulai melebar baik sengaja atau pun karena akibat pijatan A yg membuatnya bergeser.

“Enak Mbak F?” Istriku hanya terdiam. Mungkin karena agak malu.
“Mas T beli nasi gorengnya di mana mbak?” “Di daerah L” balas F.

Jarak tempuh dr rumah ku ke daerah L sekitar 15 menit PP. Proses pemesanan kira2x 15 menit. Jadi ada wktu 30 menit. Mungkin itu yg ada dalam benak A.

A menuangkan sedikit minyak di atas bongkahan pantat F. Dan mulai memijat lembut lalu turun kearah anus F. Mendapat sentuhan itu F secara reflek menggoyangkan pantatnya.

A merasa mendapat angin segar. Tampak sekali A berusaha merangsang F dgn sentuhan2xnya baik didaerah anus maupun daerah vagina F. Dan sekarang tanpa malu2x lagi bahkan lebih intensif. F istri gw pun tampak semakin menikmatinya.

Suasana horny didalm ruangan gw ganggu sejenak dgn bunyi sms yg sengaja gw kirim ke F yg beritanya bahwa ban motor gw bocor. Jadi mungkin agak lama br bs kembali kerumah.

Jawaban yg gw terima sedikit mengejutkan. “Iya..., ndak apa2x. Sebentar lagi pijatannya udah selesai”. Setelah mengirimkan sms, A melanjutkan lagi pemijatannya.

Kali ini di mulai memijat daerah leher. A berdiri tepat di atas kepala F yang sekarang kepalanya disuruh menghadap sejajar ranjang.

Dengan memijat2x lembut sesekali tangan A mengelus punggung F. Dengan posisi mata tetap terpejam, F nampak sekali menikmati setiap sensasi yang dirasakannya.

Tangan kiri memijat lembut pangkal leher F dan tiba2x tangan kanannya mengelus dan mengusap vagina F yang menurut gw pasti sudah sangat basah.

“Ach...., ach.., terdengar desahan F. “Nikmati saja mbak” ucap A sambil mulai memasukan jarinya kedalam vagina F. “Hmm..., ackh....” Nafas F semakin tidak teratur.

Lalu.., A menarik tangan kanannya dan tiba2x mengeluarkan kontolnya. Kini pemandangan yg kulihat benar2x dahsyat. Dengan posisi berdiri diatas kepala F, kontol A berada tepat dihadapan mulut F. Meskipun F belum menyadarinya karena sedari tadi matanya terpejam. Setelah itu, A memainkan kembali tangannya di daerah vagina F.

“Mbak.., tolong buka matanya,” pinta A. Lalu perlahan F membuka matanya. F sempat kaget mendapati ada sebuah torpedo yang mengacung tegak dan jelas lebih besar & panjang dari punya gw berada tepat didepan mulutnya.

Dengan nafas sedikit memburu, tanpa diperintah, dengan perlahan F mulai mencium dan menjilat kontol A. A memajukan sedikit posisi berdirinya agar F dapat dengan mudah memasukan kontolnya kedalam mulutnya.

Sungguh diluar dugaan gw. Ternyat F yg selama ini gw kenal agak sedikit berbeda. Dengan lembut F mulai mengulum & menghisap batang kontol A. Mendapat perlakukan spt itu, A menyuruh F berbaring terlentang tanpa melepaskan kontolnya dari mulut F.

Lalu A mulai meraba dan menjilat toket F.
Mereka melakukan aksi seperti itu sekitar 5 menit. “Boleh sy masukan mbak?”
F mengangguk pelan. “Jawab dong mbak,” ucap A pelan sambil mulai mencium bibir F. Karena pengaruh libido yg sdh tidak terkendali, gw melihat F mulai bertindak diluar kendalinya.
“Boleh,” ucap F lirih.

Kemudian A memposisikan kontolnya didepan vagina F. Dengan sekali dorongan halus, perlahan-lahan kontol A masuk kedalam memek F. “Aacchhh...,” desah F.

A mulai memompa pantatnya secara perlahan. F yang dalam kendali birahi seolah-olah mengimbanginya.

Oohh., nikmat sekali memekmu mbak. Sempit sekali. Bagaimana kontolku mbak. Nikmat? Tanya A. “Iya...,” “Apanya mbak? Pancing A. “Kontolmu nikmat. Besar & panjang.” Nikmat mana dengan punya suamimu mbak?
“Eh...ackh.. nik..mat kontolmu.”

“Yeaach..., nikmatilah Mbak, nikmatilah kontolku.”
Uch...achk, Terdengar desahan F Istri gw.

“Agak cepat A. Genjot yg cepat. Ack..., yah..., genjot yg keras A.” Teriak F. “Apanya yg digenjot Mbak?” Pancing A. “Memekku A. Genjot memekku.”

“Aa....aaack....., aku hampir sampai A. Terus...., yg cepat..” nafas F semakin memburu.
Perkiraan gw sebentar lagi F pasti akan merasakan orgasmenya. Namun beberapa detik kemudian, ternyata A mencabut kontolnya dari vagina F.

“Jangan dicabut A, please..., aku belum dapet. Please.., masukan lg kontolmu A. Aku mohon...,” pinta F.

“Tenang aja mbak. Pasti aku masukan lagi. Tapi, kita ganti posisi dulu. Sekarang mbak nungging ya..? perintah A.
Demi meraih orgasme dan karena dipengaruhi birahi yg tinggi, F istri gw seolah-olah melupakan statusnya sekarang.

Tanpa diperintah kedua kalinya, F langsung mengambil posisi menungging.
Melihat lubang memek F yang menganga, A langsung mengarahkan kontolnya.
Blezzz.., kontol A yang panjangnya ge perkirakan 20 cm langsung lenyap ditelan memek F istri gw.

“Ackh..., pelan-pelan A,” erang F. Tapi A tdk menghiraukan ucapan F. Begitu kontolnya amblas, langsung digenjotnya cepat-cepat.

“Oh.., yeach.., nikmat sekali memekmu F. Legit.”
Nafas F kian memburu mendapat perlakuan sedikit kasar dari A.
“Terus.., genjot terus yang cepat. Ackh..., ackh...., oohhh..,” F kian meracau.

“Semakin cepat A. Aku udah mau sampe..., ackh..”
Mendengar ucapan F, A tiba-tiba langsung mencabut kontolnya dari lubang memek F.

“Aduh.., please A jangan dicabut. Please..., masukan lagi,” terdengar suara F sedikit menghiba.

Lalu A membalikan tubuh F. Disuruhnya F mengangkang. Kemudian..., Blezzz, kontol A masuk lagi.

Sambil melumat bibir F, dengan genjotan berirama dan pelan A mulai memompa pantatnya.

Gw yang sedari tadi melihat kejadian ini, jadi ikut-ikutan ngos-ngosan menahan nafsu.
Terus terang, gw jadi sangat horny melihat F istri gw di perlakukan sedemikian rupa oleh pria lain.

Hampir 5 menit berlalu, bibir F dan A masih tetap berpagutan, saling hisap dan menjilat. Dan mulai tampak tanda-tanda F akan segera orgasme.

Ciumannya semakin kuat. “Ackh...., ackh...., mmph..., te..rrus.., agak cepat A.”
“Mbak...F,” terdengar pelan suara A sambil mengurangi kecepatan genjotannya.
“Mbak F...., kalo’ mbak pengen sampe, mbak F harus menuruti semua keinginan saya.”

F terdiam sejenak. Birahinya mengalahkan akal sehatnya. Lalu mengangguk pelan.

“Baiklah..., saya akan buat mbak F orgasme dengan syarat mbak harus mau menelan sperma saya. Bagaimana mbak F ?” tanya A sambil tetap memompa pantatnya.

Gila.., batinku. F pasti tidak akan meu melakukan hal itu. Selama ini dia tidak pernah mau jika gw akan ejakulasi di mulutnya. Apalagi menelan sperma.

“Terserah kamu A. Yang penting sy bisa sampe. Puaskan sy sekarang A, please...” pinta F.
Mendengra ucapan F, gw sempat terperanjat. Tapi gw juga penasara, apa betul f mau melakukan hal tersebut.

“Baiklah mbak.” Lalu A mulai menaikan kecepatan genjotannya. Sambil menjilat puting F.

“Yeach..., terus A. Ter..russs., yang cepat A.”
“Ackh..., nikmat sekali mbak memekmu. Ayo mbak..., ucapkan mbak kalo mbak mau menelan sperma sy. Katakan mbak,” perintah A.

“Saya mau sperma kamu A.” “Mau apa mbak? Ucapkan yg jelas.”
“Saya mau menelan sperma kamu A.” “Kamu haus...?” “Iya..., A. Sy haus dan mau menelan perma kamu.”

“Terus...., ohh...., nikmat sekali kontolmu A. Genjot yg cepat A. Sy udah mau sampe...., lebih cepat lagi A.”
“Saya akan memberikan orgasme terhebat yg belum pernah kamu rasakan mbak,” balas A.

Melihat tanda-tanda F akan segera klimaks..., “Nah..., sekarang tahan nafasnya mbak,” perintah A.

F menuruti perintah A. Dia segera menahan nafasnya. “Tahan terus mbak, jangan dikeluarkan dulu sampai mbak sampe,” perintah A lagi.

Beberapa detik kemudian....
“Aaacchkkkk..............,” teriak F. Sungguh pemandangan yang benar-benar menakjubkan. Mata F terpejam begitu dia memperoleh orgasmenya. Nampak sekali dia merasakan suatu kenikmatan ML yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Tubuhnya bahkan menegang keras berbarengan dengan orgasme yang diperolehnya.

Tidak lama setelah F orgasme, tiba-tiba A mencabut kontolnya. Dan mengarahkan ke mulut F.

Sambil mengocok kontolnya dengan cepat, “Sekarang..., buka mulutnya mbak,” pinta A.

Dugaan gw meleset. Gw kira F tidak bakalan mau melakukan itu. Tapi yang gw lihat ternyata sungguh diluar dugaan. F menuruti perintah A.

“Hisap kepala kontol sy mbak,” perintah A. Sambil mengocok dengan semakin cepat, A menghisap dengan kuat kepala kontol A.

“Aa....ackhh....., ackh...., telan mbak. Telan semuanya.” “Tanpa ragu F istri gw menuruti semua perintah A dengan menelan semua sperma A.

Setelah semua spermanya diperas keluar, perlahan A menarik keluar kontolnya dari mulut F.

“Bagus mbak..., bagaimana rasanya ? Nikmat bukan. Sy yakin pasti mbak suka dengan rasa sperma sy. Karena saya bukan perokok.

F hanya tersenyum tipis sambil mengangguk pelan.

“Orgasme yg mbak alami tadi itu namanya A Little Death. Nikmat nggak?”
“Iya..., sy belum pernah orgasme senikmat itu. Ini pengalaman yg luar biasa,” jawab istri gw.

Setelah beristirahat sejenak, lalu mereka pun berpakaian kembali. Dan gw segera pura-pura kembali dari membeli nasi goreng.

“Ohh.., udh selesai mijatnya,” tanya gw pura-pura. “Udah Mas,” jwb A. Dan setelah ngobrol sebentar, lalu A berpamitan pulang.

“Gimana Ma ? Enak nggak ?” pancing gw. “Lumayanlah,” balas istri gw datar berusaha menutupi kejadian yg sebenarnya.

“Kalo rutin tiap minggu mau nggak ?” pancing gw lagi. “Terserah Mas aja.”

Ngintip Istriku menikmati dientot mas Budi si tukang pijit

Aku sudah berumah tangga selama sepuluh tahun. Kami telah dikaruniai dua  orang anak laki-laki yang duduk di bangku SD. Istriku berumur 35 tahun. Ia termasuk berukuran kecil, tingginya 159 cm. Tubuhnya ramping, dengan warna kulit kuning langsat dan mulus. Wajahnya, kata teman-temanku, cukup rupawan.

Aku punya kesenangan urut badan. Saat ini aku punya langganan tukang pijat tunanetra. Waktu itu aku mencari tukang pijat tunanetra yang rapi dan bersih. Setelah mencari dan mencoba-coba akhirnya aku menemukan satu yang cocok. 
Orangnya bersih walaupun agak hitam. Ia tinggi dengan badan yang besar dan kekar. Namanya Mas Budi.

Waktu pertama aku diurut olehnya, memang kurasakan ia lebih profesional dan pintar mengurut. Pokoknya setelah diurut badanku rasanya enak. Bukan hanya itu, bahkan ia pintar mengurut bagian urat-urat yang menimbulkan rangsangan seksual.

Sambil diurut, aku bercerita kepadanya bahwa barangku tidak bisa keras dan tidak tahan lama. Tak tahunya ia malah menimpali.

“Kalau saya kebalikan bapak. Malah istri saya kewalahan melayani saya… Sampai sambat-sambat dan ampun-ampun.”

“Kok bisa begitu,” tanyaku.

“Mungkin karena saya bisa main lama sekali sampai lima kali…. Mungkin juga barang saya terlalu besar dan panjang,” jawabnya.

“Emang berapa panjang barang kamu?” tanyaku penasaran.

“Saya tidak tahu, wong saya tidak bisa melihat. Yang pokok, kalau saya main rasanya mentok, dan lagi susah masuknya kalau tidak kasih ludah yang agak banyak.”

“Kalau begitu kamu hebat, bisa memuaskan istrimu.”

“Kalau bapak?”

“Yah, saya tidak seperti kamu, mungkin karena punya saya kecil dan pendek.”

Mulai timbul keinginanku untuk menyuruh istri saya dipijat. Saya merayu istri agar ia mau diurut minggu depannya.

“Mas tukang pijat itu pintar, benar-benar mengerti urat. Buktinya badan saya enak sekali setelah diurut,” kataku pada istriku.

Mulanya istriku merasa segan. Malu, katanya. Setelah kubujuk-bujuk, akhirnya ia pun mau.

Minggu berikutnya aku jemput Mas Budi lagi untuk mengurutku di rumahku. Mulailah aku diurut. Sambil diurut, aku bertanya kepadanya.

“Mas, mau enggak ngurut istri saya?”

“Kalau Ibu mau, dan Bapak mengizinkan, saya mau saja. Memangnya keluhan Ibu apa?”

“Ia suka pegel-pegel badannya dan kurang bersemangat dalam masalah seks.”
“Wah, kalau pegel-pegel itu sudah biasa, tapi kalau kurang bersemangat itu mungkin ada kelainan urat. Harus diurut di bagian-bagian urat tertentu, Pak,” katanya. “Apa Bapak mengizinkan?”

“Ya, tidak apa-apa.”

Setelah ia mengurutku, aku panggil istriku. Saat itu waktunya sudah agak malam.

“Ma, ayo, giliran kamu diurut.”

Istriku masuk ke kamar tempat aku tadi diurut, di sebelah kamar utama. Ada jendela penghubung di antara kedua kamar itu yang tertutup dengan gorden. Ia mengenakan kaos putih tanpa lengan dengan kain sarung menutupi bagian bawahnya.

Mulailah istriku tengkurep. Aku tiduran di sebelahnya sambil mengamati. Mas Budi menyingkapkan kain sarung istriku sampai di bagian betisnya, dan mengurutnya. Kemudian Mas Budi menyingkap lagi sarung istriku ke bagian pahanya dan mengurutnya. Aku memperhatikan istriku. Kayaknya ia keenakan dan cocok dengan urutannya.

Ketika Mas Budi memijat bagian paha dan pinggul istriku, ia nampak semakin nikmat. Kelihatan badannya sedikit mengeliat-geliat. Tapi kurasa istriku seperti menahan diri. Mungkin ia merasa tidak enak dengan diriku yang ada di sampingnya.

Supaya istriku tidak canggung, aku keluar kamar dan pamit sama Mas Budi.

“Saya keluar dulu ya, Mas.”

“Silakan, Pak…”

Kemudian aku masuk ke kamar tidur utama. Tanpa sepengetahuan mereka, aku mengintip dari jendela.

Setelah aku keluar kamar, kulihat istriku semakin rileks. Demikian pula Mas Budi. Terdengar suara istriku mendesah-desah.

“Aaah…. Aaah…. Aaah….”

Aku lihat istriku menggeliat-geliat. Mungkin ia mulai terangsang karena ternyata Mas Budi telah menyingkap kain sarung istriku tinggi-tinggi sampai ke bagian bawah sedikit pinggulnya. Tangan Mas Budi kelihatan menggerayangi bagian pangkal paha istriku sampai kelihatan CD-nya.

Tidak, saat itu ia belum berani menggerayangi ke bagian yang lebih sensitif.

Tak lama kemudian Mas Budi membuka ikatan sarung istriku dari bagian atasnya, lalu meremas-remas pinggulnya. Tangannya lalu dimasukkan ke dalam CD istriku. Dipijatinya kedua belah pantat istriku yang masih kencang… Istriku tak menolaknya…! Ia tampak begitu menikmati pijatan Mas Budi. Semakin mendesah-desah dan menggeliat-geliat lah istriku. Barangku pun semakin ngaceng keras.

Kemudian Mas Budi menyuruh istriku telentang. Aku semakin memperhatikannya. Tangan kekar Mas Budi membuka kain istri di bagian pahanya dan nampaklah paha mulus istriku dan CD-nya. Ia mulai mengurut paha istriku sambil meremas-remasnya sampai ke pangkal pahanya. Rupanya Mas Budi memang sengaja merangsangi istriku. Kelihatan tangan kekarnya meremas-remas paha dan pangkal paha istriku sampai ke pinggulnya.

Setelah selesai diurut dan Mas Budi pulang, aku langsung ajak istriku berhubungan badan. Karena memang aku pun sudah tidak tahan, barangku ngaceng keras. Ternyata istriku pun sangat terangsang. Jauh berbeda, tidak seperti biasanya.

“Pa, kok barang Papa keras sekali?”

“Memang Mas Budi itu benar-benar tukang pijat yang hebat dan mengerti urat.”

“Saya juga mas. Kalau begitu, minggu depan kita urut lagi, ya?”

“Ok..” sahutku sambil tersenyum.

Minggu berikutnya aku jemput lagi Mas Budi ke rumahnya. Aku ketemu istrinya. Orangnya tinggi gemuk. Dengan istrinya yang perawakannya seperti itu saja, barang punya Mas Budi sudah mentok dan susah dimasukkan kalau tidak dikasih ludah yang banyak. Wah, kalau begitu, barangnya benar-benar besar dan panjang…. Aku mulai membayangkan, bagaimana kalau barang itu dimasukkan ke lobang istriku yang kecil mungil itu. Bisa menjerit istriku.

Setelah sampai di rumah aku mulai dipijat di kamar yang sama seperti minggu kemarin. Sambil ia memijatku aku bilang padanya.

“Mas hebat, benar-benar mengerti saluran-saluran urat. Istriku tidak seperti biasanya. Aku dan istriku sangat menyukai pijatan Mas Budi.”

“Oh ya, terima kasih, Pak, kalau memang cocok dengan pijatan saya.”

“Aku nanti ada pertemuan bisnis di rumah teman. Tidak apa-apa walaupun tidak ada saya, tetap aja istri saya dipijat. Saya tidak terlalu lama kok. Paling sekitar 3 jam-an saya sudah pulang,” kataku.

Setelah selesai dipijat aku pun mandi. Istriku menyiapkan pakaianku.

Aku bilang pada istri bahwa aku akan pergi dulu sekitar 3 jam-an. Kubilang pula pada istriku untuk tak usah mengantarku keluar. Kutinggalkan istriku bersama Mas Budi di kamar pijat berduaan. Saat itu istriku memakai busana yang sama seperti minggu yang lalu, kaos putih tanpa lengan dengan kain sarung.

Aku pura-pura keluar. Sekitar 15 menit kemudian aku balik lagi ke rumah pelan-pelan dan masuk lewat pintu samping. Aku memang bawa kunci serepnya. Langsung aku masuk ke kamar utama dengan hati-hati. Kubuka gorden pelan-pelan, lalu mengintipnya.

Saat itu istriku sudah dalam posisi tengkurep. Kain sarungnya sudah tersingkap sampai ke pinggul sehingga kelihatan CD-nya. Mas Budi meremas-remas paha istriku sampai ke pangkal pahanya. Suara desahan dari mulut istriku terdengar semakin keras. Tubuhnya pun menggeliat-geliat, membuat Mas Budi semakin gemas. Tangannya yang kekar dengan jari-jarinya yang besar mulai berani mengelus-elus selangkangan istriku.

Tidak lama kemudian Mas Budi menyuruh istriku telentang. Ketika istriku sudah dalam posisi telentang, Mas Budi mulai berani membuka kain sarung istriku sampai ke bagian atas. Tangannya mulai menggerayangi bagian di dekat bibir vagina istriku. Ia menyingkap pelan-pelan CD istriku. Istriku diam dan tampak pasrah. Nampaknya ia pun memang mengharapkannya.

Mas Budi mulai mengelus-ngelus bibir vaginanya dan istriku semakin keras desirannya. Terdengar suara: “Aah… Aah… Aah” dari mulut istriku sambil mengeliat-geliat. Istriku nampak mulai terangsang berat. Kelihatan tangannya menggerayangi selangkangan Mas Budi. Mas Budi pun tampak semakin berani. Ia peloroti CD istriku.

Ia mengelus-ngelus vagina istriku dan memasukkan jarinya ke dalam lobangnya. Begitu jari Mas Budi dimasukkan, istriku menjerit kecil. Ia menggeliat sambil meremas selangkangan Mas Budi dengan gemasnya. Aku panasaran, kayak apa barangnya Mas Budi.

Tidak lama kemudian Mas Budi membuka celananya. Begitu dibuka, aku kaget. Waduh, barang Mas Budi besar sekali dan panjang! Nampak urat-uratnya yang mengeras tegak dan kepalanya yang sangat besar.

Istriku meremas-remasnya dengan sangat gemas karena sudah terangsang berat. Kelihatan vaginanya membasah dengan lendir. Dan Mas Budi dengan gemas juga mengelus dan meremas vagina istriku sambil memasukkan jarinya. Kelihatan Mas Budi mulai meludahi lobang vaginanya sebagai persiapan.

Akhirnya Mas Budi membuka kaos dan BH istriku. Diremas-remasnya kedua teteknya sehingga istriku semakin tidak tahan. Mas Budi sendiri lalu membuka kaosnya.

Kini tampaklah kedua manusia yang berlainan jenis kelamin itu sudah telanjang bulat. Tubuh istriku yang kecil dan putih mulus bersanding dengan badan Mas Budi yang agak hitam dan kekar. Barang saya pun ngaceng mengeras luar biasa. Mas Budi yang berbadan tinggi, besar dan kekar itu mulai naik menindih istriku yang kecil mungil.

Saya semakin penuh perhatian ingin melihat masuknya barang gede Mas Budi ke dalam lobang kecil istriku.

Ia mulai melumasi penisnya dengan ludahnya dan mengarahkan barangnya ke lobang kecil vagina istriku. Ia mulai menekan dan istriku pun menjerit.

“Aaah… sakit, Masss….”

Rupanya Mas Budi sudah sangat tidak tahan. Ia menekan kembali dan istriku menggigit bibirnya. Mungkin ia tidak tahan. Karena Mas Budi menekan kasar, barang besar itu masuk juga, sambil terdengar rintihan istriku diiringi badannya yang tersentak.

Mas Budi mulai menggenjotnya. istriku menggeliat-geliat dalam posisi ngangkang. Mas Budi memeluknya keras-keras, sambil terus mengenjotnya. Makin lama lama makin keras genjotannya. Istriku merintih-rintih di dalam pelukannya sambil menggigit bibirnya.

“Aah… oh… oh… ooh….”

Nampak Mas Budi memeluk istriku dengan gemas sekali. Ia pun menggenjot istriku dengan genjotan yang sangat keras sampai terdengar suara beradunya paha-paha mereka. Prak… Prak… Prak…

Juga bunyi kocokan barang gede Mas Budi ke lobang kecil istriku. Ceprot… Ceprot… Drooot…… Sampai istriku terkentut-kentut. Mungkin karena menahan genjotan yang sangat keras dari Mas Budi.

Akhirnya aku melihat istriku mengalami orgasme. Aku sudah hafal jika istriku orgasme. Suara tertahan mulai terdengar dari mulutnya. Badannya tersentak-sentak. Dipeluknya Mas Budi kuat-kuat sama seperti yang dilakukannya padaku jika ia mengalaminya bersamaku. Erangan panjang keluar dari bibirnya yang mungil.

Yang membuat aku takjub, ternyata istriku mengalami orgasme sampai dua kali beruntun! Aku saja tak pernah bisa membuatnya begitu sepanjang perkawinan kami.

Semakin lama Mas Budi semakin keras genjotannya. Kelihatan istriku ditekuk-tekuk dengan pelukan yang sangat kuat. Sepertinya Mas Budi akan segera klimaks…. Benar saja, akhirnya keduanya berhenti melemas karena mencapai puncaknya. Tapi pantat Mas Budi tetap mendorong-dorong memuntahkan spermanya.

Mas Budi mencium mulut istriku sambil menindih dan memeluknya kuat-kuat. Pinggulnya pun tampak tetap menekan selangkangan istriku. Aku bisa melihat air maninya sampai meleleh keluar dari vagina istriku.

Keduanya lalu beristirahat sambil Mas Budi tampaknya tak mau melepaskan barangnya dari dalam lobang istriku. Tampak mereka berdua mengobrol sambil bertindihan. Aku tak dapat mendengar apa yang mereka obrolkan. Yang jelas tampak beberapa kali mereka tertawa kecil dengan mesranya.

Tak lama kemudian Mas Budi mulai lagi. Digenjotnya lagi istriku, terus sampai 3 ronde. Akhirnya kelihatan istriku begitu lemas lunglai tak berdaya dalam pelukan Mas Budi yang kekar, akibat dari pelukan dan genjotan badan raksasa Mas Budi selama berjam-jam.

Aku sengaja memberi waktu yang cukup luang bagi mereka. Setelah istriku mulai hilang rasa capeknya dengan tidur sejenak dan selesai mandi bareng Mas Budi, barulah aku ‘pulang’ menemui mereka berdua. Saat itu waktu telah menjelang tengah malam. Mas Budi dan istriku sedang minum teh hangat di ruang tamu dalam keadaan segar. Nampak wajah istriku bersinar terang dan berseri-seri.

“Pa, pijatan Mas Budi memang oke sekali…” kata istriku menyambut kedatanganku. “Biar dia datang tiap minggu saja, ya, Pa?”

“Boleh…” sahutku sambil tersenyum. Begitu pula Mas Budi…