Monday, August 15, 2022

Melihat ciciku yang cantik diperkosa rame2

Cerita menyakitkan ini kualami satu setengah bulan yang lalu, yang menimpaku dan kakak perempuanku yang berusia 23 tahun, ia memiliki wajah yang manis dengan rambut panjang sebahu, tubuhnya tidak terlalu tinggi (157 cm) tetapi sangat Judi Sex proporsional dengan kulit putih mulus, yang mungkin disebabkan faktor keturunan karena kami memang keturunan Chinese. Ia tinggal di kota yang berbeda denganku, pada suatu hari dia datang ke kota tempatku kuliah untuk berlibur setelah kelulusannya, ia berencana berlibur selama satu bulan dan tinggal di rumah kontrakanku.


Pada suatu hari aku mengantarnya berbelanja ke mall hingga malam, kemudian setelah makan malam, iseng-iseng kami menonton film di bioskop. Waktu telah menunjukkan pukul 10 malam lebih saat bioskop bubar, saat kami berjalan pulang ke rumah kontrakanku, kami melewati jalan yang sepi, aku sudah memiliki rasa khawatir saat melihat di ujung gang tampak banyak sekelompok pemuda, ada yang bermain gitar, menyanyi, dan main kartu.

Aku dan ciciku berjalan cepat melewati mereka, salah seorang dari mereka mulai iseng bersiul, “Halo, berdua.. mau maen kartu bareng nggak?” aku menggeleng dengan sopan sambil terus berjalan, tiba-tiba di depan kami telah menghadang seorang pemuda bertubuh besar dan tegap, berkulit gelap dan tampak sangar, “Loe nggak kasih salam sama gue, heh?”

Aku lalu mencoba mengajak berbicara secara baik-baik sambil berharap ada orang yang lewat, tetapi tanpa kusangka pemuda itu meninju rahangku sehingga aku terjatuh, aku berusaha bangkit dan mencari kayu untuk membela diri, namun di saat yang Judi Sex bersamaan tendangan beruntun bersarang di kepala dan badanku, kudengar jeritan ciciku, sebelum dunia serasa gelap gulita.

Aku terbangun dengan kepala pening dan mengingat-ngingat apa yang terjadi, tanganku rasanya nyeri sekali, sesaat kemudian aku sadar ternyata tanganku terikat ke atas pada papan yang melintang dengan tali tambang yang kuat, aku tergantung di situ cukup tinggi, aku melihat ke bawah, dan melihat kakiku yang juga terikat tidak mencapai lantai, aku tersentak kaget menyadari tergantung dalam keadaan telanjang bulat, tanpa busana sama sekali.

Lalu kudengar erangan dan rintihan wanita, yang rasa-rasanya aku mengenali suara itu, saat pandanganku mulai jernih, aku melihat ternyata aku tidak sendiri di ruangan itu, di tengah ruangan ada meja kecil, dan di atas meja tersebut tampak sesosok tubuh gadis berkulit putih dalam keadaan tubuh nyaris telanjang bulat, hanya tersisa BH yang menutup payudaranya yang membukit indah, tali kutangnya telah terlepas sehingga semrawut dan menampakkan sebagian besar kulit putih mulus yang menggunung itu. Tangan gadis itu terikat di belakang punggung, meja kecil itu hanya dapat menampung punggung gadis itu, sehingga kepala gadis itu Judi Sex jatuh menengadah. Di depan gadis itu tampak seorang pemuda bugil sedang memeluk kedua paha gadis itu yang tersandar di pundak kiri kanannya, sambil membuat gerakan maju mundur. Suara rintihan yang kudengar berasal dari gadis itu, samar-samar masih dapat kudengar, “Ooohh.. amppunn.. akkhh.. oohh.. jangann.. jangann.. oh.. sakit..”

Darahku tersirap menyadari bahwa suara itu sangat mirip ciciku, atau memangkah gadis yang sedang diperkosa itu ciciku? Aku tidak pernah melihat ciciku telanjang, tapi tubuh indah di atas meja itu memang seperti postur tubuh ciciku. Setelah beberapa saat pandanganku semakin jelas, tampaklah bahwa gadis itu memang ciciku! Sweater, kaos dalam, celana jeans, dan celana dalam ciciku tampak berserakan di lantai. Aku melihat perkosaan itu dengan marah, namun aku tak berdaya menolong karena menolong diri sendiri saja aku tidak mampu, dan entah mengapa, setelah beberapa saat melihat ciciku yang tak berdaya dalam keadaan nyaris bugil, tak dapat ditahan batang kemaluan pelan-pelan menegang keras.

Pria yang sedang memperkosa ciciku terus memompa batang kemaluannya masuk ke dalam liang kemaluan ciciku. Tampak ciciku berusaha mengatupkan pahanya namun pria itu melebarkan kaki ciciku sehingga berbentuk huruf V, dan terus memompa masuk dengan buas, kemudian tangannya menyentakkan BH ciciku dengan kasar dan tampaklah bukit kembar ciciku terpentang bebas, membusung menantang dan sangat menggairahkan, bahkan dalam posisi dada yang agak tertarik karena kepala ciciku yang menengadah ke bawah. Payudara itu masih tampak montok dan padat, pemerkosa itu terus memompa sambil tangannya meremas-remas payudara ciciku itu.

Tiba-tiba pintu terbuka, dan muncul sekitar 3 pemuda yang berpakaian lengkap, mereka tertawa-tawa melihat temannya sedang memperkosa ciciku, salah satu melihat padaku dan berkata, “Eh, lihat.. pacarnya sudah bangun!” semua mata pemuda itu tertuju padaku, “Eh.. liat tuh! dia ngaceng juga.. mau ngentot pacarnya.. tapi keduluan, si Doel sudah duluan jebolin keperawanan pacarnya, hahaha..!”
Pemuda bugil yang sedang memperkosa ciciku, yang dipanggil Doel itu, menyeringai. Lalu ketiga pemuda yang baru datang itu mendekatiku, “Hei bangsat! Itu pacar kamu kan!” Aku diam saja, lalu satu tinju mendarat di perutku hingga perutku perih rasanya, “Kamu bisu ya? cewek itu pacar kamu bukan?” Terpaksa aku menjawab lirih dan menjelaskan kami saudara kandung.

“Oh.. kakak kamu toh.. Hm.. kepengen nggak kamu ngentot kakak sendiri? Di liat dari kontol elo sih.. elo pingin.. hahaha..” Aku marah sekali, saat itu kemaluanku telah lemas kembali karena birahiku yang tak sengaja muncul tadi telah hilang. Doel rupanya telah selesai memperkosa ciciku, ia lalu menuntun ciciku yang tampak sudah lemah ke tempat kami, “Ini nih.. gue mau liat kakak adik ngentotan!” katanya tertawa, kemudian ciciku ditampar dengan kuat, hingga ciciku menangis, “Elo harus kulum tuh peler adik elo, cepat! Kalo nggak gua potong peler adik elo dan pentil susu elo!” Doel lalu melepaskan ikatan tangan ciciku dan mendorong ciciku ke arahku, dengan Judi Sex terpaksa ciciku mendekatiku yang masih tergantung, kemudian dengan ragu-ragu mulutnya menyentuh ujung batang kemaluanku, walau hanya tersentuh sedikit, aku tak dapat menahan dan batang kemaluanku perlahan-lahan menegang, “Ayo makan tuh peler! cepat!” Seorang pemuda mengeluarkan pisau lipat dari sakunya dengan sikap mengancam, terpaksa ciciku mulai mengulum kemaluanku dan menggerakkannya maju mundur, sehingga batang kemaluanku mengacung dengan keras sepanjang 12 cm.

“Ayo masukin batangnya ke dalam mulut sampai habis! jangan keluarin dari mulut kamu sampai gua perintahin!” Dengan ketakutan ciciku mengulum batang kemaluanku dalam-dalam dan menggerakkannya maju mundur, sehingga mulutnya yang mungil tampak penuh dan sesekali pipinya menggembung oleh kepala kemaluanku, tak berapa lama aku tak tahan lagi dan orgasme, ciciku tampak kaget merasakan cairan kental dan hangat berkali-kali menyemprot kerongkongannya, namun ia tidak berani melepaskan mulutnya dari batang kemaluanku, ia berusaha membuang spermaku walau telah banyak tertelan olehnya, beberapa tetes spermaku keluar mengalir dari bibirnya.

“Wah, adik elo payah banget! sudah kontolnya kecil, cepat keluar lagi!” pemuda-pemuda itu mengejekku lalu mereka mendekat dan menjambak rambut ciciku, “Elo harus liat gimana caranya!” kata salah seorang pemuda sambil menyeringai padaku. Mereka lalu membuka baju hingga bugil, keempat pemuda yang telah telanjang bulat itu lalu menelungkupkan ciciku di atas meja, sehingga payudara ciciku menempel di atas meja dan ciciku dalam posisi menungging, kemudian dengan buas mereka mulai memperkosa ciciku secara bergantian, sehingga ciciku menjerit-jerit dan melolong histeris, batang kemaluan mereka rata-rata besar dan panjang, sekitar 16 cm lebih, dan secara bergantian kemaluan-kemaluan itu mengaduk-aduk liang kemaluan ciciku yang semakin lama semakin lemas. Ciciku disenggamai bergantian oleh mereka berempat dengan posisi gaya anjing tersebut, kemudian mereka juga menyetubuhi ciciku di atas kursi.

Sambil memperkosa ciciku, mereka sesekali mengejekku. “Hei.. elo tau nggak kakak elo ini sebenarnya keenakan dientot sama kita-kita, buktinya memek dia basah banget nih! ” kata pemuda yang dipanggil dengan nama Anto, ia berkemaluan paling besar dan panjang di antara mereka berempat, saat itu ia sedang mengerjai ciciku. Tangan ciciku kembali diikat di belakang punggung, Anto duduk di atas kursi sementara ciciku di atas pangkuannya dengan paha mengangkang dan posisi berhadapan. Dengan posisi duduk, buah dada ciciku tampak sangat menggairahkan, apalagi dengan tubuhnya yang ramping, tampak buah dadanya tergantung indah, padat dan berisi. Lelaki yang memperkosa ciciku itu meremas-remas kedua belah payudara ciciku dengan bernafsu, kadang ia mendempetkan kedua buah dada itu lekat-lekat sehingga belahan payudara ciciku terbentuk indah di hadapannya. Pemuda itu terus memperkosa ciciku dengan brutal sehingga tubuh ciciku tergoyang-goyang. Ciciku hanya dapat merintih-rintih dalam keadaan antara sadar dan tidak.
Sambil terus memompa ciciku, ia tertawa-tawa disaksikan teman-temannya yang tidak sabar menanti giliran, “Elo mau bukti kakak elo ini keenakan? perhatikan baik-baik nih!” ejeknya lagi padaku. Lalu tiba-tiba pemuda itu berhenti memompa ciciku, secara refleks ciciku melenguh dan mulai menggerak-gerakan pantatnya sendiri agar tetap dikocok oleh kemaluan pemuda itu, “Hahaha.. elo liat kan? Kakak elo ini yang minta dientot tuh!” Pemuda itu tertawa sambil memeluk tubuh ciciku, tangannya mengelus-ngelus punggung putih mulus ciciku sementara buah Judi Sex dada ciciku yang kenyal terjepit di dadanya yang berbulu. Rupanya ciciku mendengar perkataan itu, wajah ciciku tampak memerah karena malu dan marah, lalu tubuhnya diam tak bereaksi, pemuda itu menjadi marah dan menarik kuat-kuat kedua buah dada ciciku. Satu ditarik ke atas dan satu ditarik ke bawah bergantian dengan keras sehingga ciciku menjerit-jerit kesakitan, “Dasar cewek munafik..! keenakan aja sok menderita! Gua bikin elo orgasme dan elo nggak bisa bohong bahwa elo keenakan minta diperkosa!” Dengan bernafsu kembali pemuda itu memperkosa ciciku, sesekali ia kembali menghentikan pompaannya, dan secara refleks kembali ciciku ganti menggoyangkan pantatnya maju mundur, selama beberapa saat hingga ciciku sadar dan dapat mengendalikan tubuhnya. Hal itu terjadi berkali-kali, bahkan saat pemuda itu mendorong tubuh ciciku hingga batang kemaluannya keluar dari liang kemaluan ciciku. Secara refleks diluar kemauan ciciku sendiri.

Tubuh ciciku kembali merapat sehingga batang kemaluan itu kembali terbenam ke dalam liang senggamanya sambil kaki ciciku melipat erat seolah-olah takut lepas. Pemuda itu semakin lama tampak semakin ganas memperkosa ciciku, hingga selang beberapa saat tampak tubuh ciciku berkelonjotan dan menegang, kedua kakinya mengacung lurus dengan otot paha dan betisnya mengejang, jari-jari kakinya menutup, dan nafas ciciku tak teratur sambil terus merintih keras dan panjang,

 “Ohh.. Akkhh.. Ooohh..!” pemuda itu semakin mempercepat gerakannya hingga akhirnya membuat ciciku merintih panjang, “Ohh.. ” seluruh tubuh ciciku menegang dan menggelinjang selama beberapa detik dan aku sadar bahwa ciciku sedang mengalami orgasme dahsyat dan kenikmatan luar biasa. Setelah berkelonjotan sesaat, tubuh ciciku tumbang dengan lemas di pelukan pemerkosanya. Pemuda itu masih terus memompa ciciku yang telah lemas sambil nyengir senang dan berkata, “Hehe.. elo liat kakak elo ini.. dia demen ngentotan juga kok.. hahahaha..!”

Tiba-tiba pintu kembali terbuka, dan alangkah kagetnya aku melihat begitu banyak pemuda yang masuk, sekitar 10 orang lebih, termasuk salah seorangnya adalah pria besar tegap yang menghajarku. Tanpa banyak bicara mereka ikut menikmati tubuh ciciku, masing-masing pemuda itu memperkosa ciciku dengan posisi yang bervariasi. Rasanya semua posisi yang pernah kulihat di film biru telah mereka praktekkan semua pada ciciku. Khusus giliran pemuda berbadan besar yang dipanggil John itu memperkosa, ciciku tampak sangat menderita karena batang kemaluan John benar-benar besar dan panjang, kutaksir lebih dari 20 cm. Dalam waktu singkat tubuh telanjang bulat ciciku telah mengkilap basah oleh keringat dan sperma.

Entah berapa lama ciciku diperkosa hingga pingsan berkali-kali, namun mereka selalu menyadarkan ciciku lagi dengan menampar dan menyiramnya dengan air, lalu kembali memperkosa dengan brutal. Aku menutup mata tak ingin melihat penderitaan ciciku, tiba-tiba kurasakan batang kemaluanku terasa hangat dan dikocok-kocok, aku membuka mataku dan tampaklah seorang pemuda sedang melakukan oral seks padaku. Aku memandang jijik dan berontak tanpa hasil, tapi mau tak mau batang kemaluanku menegang juga dirangsang seperti itu. Cukup lama pria itu melumat kemaluanku hingga akhirnya aku mengalami ejakulasi, spermaku ditelan seluruhnya oleh pria itu.

Lalu ikatanku dilepas, aku dipaksa menungging di atas meja tepat bersebelahan dengan ciciku yang menangis dengan air mata yang telah habis, tampak ciciku sedang disodomi, lalu tiba-tiba kurasakan tangan-tangan kasar berusaha membuka lubang pantatku, dan serasa benda yang besar berusaha mendobrak masuk, aku menjerit kesakitan saat benda itu mulai terbenam ke dalam anusku, pinggulku dipegang oleh tangan yang kokoh, dan mulailah aku diperkosa juga. kemaluanku yang telah loyo terlempar-lempar ke berbagai arah oleh dorongan Judi Sex pria di belakangku, di sebelahku ciciku juga tengah diperkosa, payudara ciciku yang padat dan ranum tampak bergoyang-goyang keras, sesekali pria di belakangku meraih batang kemaluanku, meremas dan menarik batang kemaluanku dengan kuat, pria di belakang ciciku tanpa bosan-bosannya meremas-remas dan menarik-narik buah dada ciciku dengan brutal, bagaikan memerah susu sapi. Aku dan ciciku hanya dapat menjerit dan menangis menahan penderitaan itu.

Dian terpucat melihat foto-foto yang diletakkan Romi diatas meja. Itu foto telanjangnya dan foto-foto adegan ketika ia digagahi beramai-ramai oleh orang malam itu.
“Nah, Dian sekarang nurut bae.. Tenang bae, aku janji tidak maen kasar.” Romi menyeringai sambil mengelus paha Dian.

Dian memang disuruh menjaga rumah itu sendirian bersama kedua ponakannya yang masih kecil yang sudah tidur. Hujan turun deras membuat udara malam itu dingin menggigit. Dian diam pasrah ketika Romi menariknya ke belakang.

“Tenang be Dian, kalau tidak nurut foto kau, kusebarkan di kampung kau. Biar tahu kalau kau biso dipakek.”
Romi menarik Dian kedapur, pintu depan belum ditutup. Dian mendesis tak berdaya.
“Tenang bae, Dian. Aku cuma sebentar..”
Romi mulai meraba-raba payudara Dian yang kencang, Dian memang sudah bersiap tidur hanya mengenakan t shirt dan celana pendek saja. Puting susu Dian yang runcing tampak menonjol keluar ketika Romi terus menggerayangi dada Dian. Dian me ng gigil ketika baju kaosnya ditarik ke atas lepas oleh Romi. Dengan tangannya Romi menarik tangan Dian yang berusaha menutupi dadanya yang telanjang kemudian mulai menggerayangi payudara gadis itu dengan mulut dan lidahnya.

Dian hanya dapat tersandar ketembok yang dingin sambil meringis-ringis ngilu ketika Romi menggigiti putingnya sementara tangannya dengan leluasa memelorotkan celana pendek Dian hingga jatuh ke lantai. Romi terbelalak melihat celana dalam sutra Dian yang berwarna putih dengan motif bunga itu begitu mini dan seksi. Tanpa menunggu lagi jilatan Romi turun ke perut Dian yang rata, pusarnya, kemudian lambat laun celana dalam Dian menyusul jatuh ke lantai. Romi melempar semua busana Dian jauh ke sudut. Dengan sedikit paksaan Romi membentang paha Dian kemudian menjilati vagina Dian
“Ohkk..”

Dian terdongak merintih ngilu, antara rasa nikmat, marah dan malu menguasai dirinya ketika kedua tangan Romi mencengkeram pantatnya, membuka lebar vaginanya kemudian menjilatinya dengan bernafsu. Nafas Dian terengah-engah tak terkendali mencoba menahan dirinya agar tidak terangsang.
Romi berdiri kemudian membuka baju dan celananya, hingga pakaian dalamnya, kemudian memegang penisnya yang panjang dan besar.

“Isep Dian, ayo. Kalau tidak ingin dikasari.”
Dian terpaksa berlutut dihadapan Romi, kemudian mulai menjilati batang penis Romi. Dian memejamkan matanya kemudian mulai mengocok Romi dengan mulut dan lidahnya. Romi menjambak Dian kemudian menggerakan kepala Dian maju mundur, menyetubuhi mulutnya. Suara berdecak-decak terdengar jelas disela deras air hujan. Dian berusaha Judi Sex semampunya agar Romi puas dan berhenti, ia menjilat, mengulum, mengocok sebisanya, mengingat film-film BF yang pernah dilihatnya. Romi mengerang-erang nikmat, tubuhnya sampai tersandar ke meja dapur,

“Ahh. Ohh. Diann. Kau memang seksi dan pintar.. Ohh..”
Tiba-tiba Romi menarik tubuh Dian kemudian mendudukkannya di atas meja pantry. Dian hanya diam sambil terengah-engah ketika Romi mengangkangkan kedua pahanya kemudian mulai menekan pinggulnya. Dian meringis ngilu ketika penis Romi yang keras dan besar itu menerobos vaginanya. Romi mulai menyetubuhi Dian, memperkosanya dengan bertubi-tubi. Dian hanya mendengus-dengus menahan diri. Kedua tangannya mencengkeram pinggiran meja dengan kencang. Peluh membasahi tubuh mereka berdua. Dian memejamkan matanya berharap Romi selesai, sementara lelaki itu terus menyentak-nyentak, mengeluar masukkan rudalnya ke dalam tubuh Dian yang padat dan langsing.

Dian terperanjat ketika membuka matanya, Ada lima lelaki bertubuh besar telanjang bulat di dapur itu! Ternyata Romi membawa teman-temannya dan mereka menunggu di mobil.
” Apa-apaan ini, Romi!!” Dian berontak melepaskan diri.
Tapi ia tersudut disudut ruangan. Keenam lelaki itu mengepungnya.
“Sudahlah Dian. Kalau kau njerit tidak ada yang denger jugo. Paling ponakan kau tula. Pintu depan la kami kunci, lampu la kami matike. Kau pasti dikiro sudah tidur.. He.. He. Nurut bela.., aku janji tidak kasar, entah kawan-kawan akuni..!”
Romi dan kelima temannya menyeringai bernafsu. Tubuh Dian lemas, ia tak dapat melakukan apa-apa lagi selain pasrah. Tangannya ditarik ketengah ruangan, kemudian disuruh berjongkok.

“Ayo! Sedot punyo kami sikok-sikok!”
Enam batang penis disodorkan diwajah Dian. Dan sambil menangis Dian terpaksa mulai meng’karaoke’nya bergantian.
“Ohh.. Hebat nian Romi, betino kauni!!”
“Akhh. Aku.. Nak. Keluarr..”
Srett.. Srrtt..
Kepala Dian dipegangi beramai-ramai sehingga ia terpaksa menelan sperma mereka satu demi satu.

“Kato kau segalo lubang Dian ni biso dipakek?”
“Iyo! Ayo kito juburi rame-rame..!!”
Dian menangis mendengarnya, “Jangann.. Ampun.. Sakit..”
Dengan cepat mereka menarik tubuh Dian dan menengkurapkannya di lantai. Kelima lelaki itu mengeroyoknya, ada yang memegangi tangannya, menahan kakinya dan menunggingkan pantatnya, ada yang menahan kepalanya hingga Dian benar-benar tak dapat bergerak. Salah seorang dari mereka mengambil botol minyak goreng di dekat kompor.

“Kami baik kok, Dian, biar tidak sakit, kami minyaki dulu.”
Yang lain tertawa tawa, Dian dapat merasakan minyak goreng itu dituangkan dibelahan pantatnya, kemudian terasa jari jemari mereka mengusap-ngusap pantatnya, membukai lubang anusnya kemudian menusuk-nusuknya beramai-ramai. Dian Judi Sex menangis dan merintih nyeri ketika lubang anusnya dibuka paksa oleh jari-jari itu. Setelah dirasa cukup salah seorang dari mereka mulai berlutut dibelakang Dian tepat dibelahan pantatnya. Dian hanya dapat melolong dan menangis tak berdaya ketika dirasakannya batang kemaluan itu melesak masuk ke duburnya.

Dian mulai disodomi dilantai dapur itu. Sebuah penis disodorkan diwajahnya.
“Isep dulu Dian, kalau tidak kami sodomi serempak tigo!!”
Dian terpaksa mulai megulum-ngulum penis lelaki Agen Poker dengan Kemenangan Termudah 99% >>>hariqq<<< yang berlutut dihadapannya. Sementara lelaki yang dengan kasar menyodominya terus menyentak-nyentak. Dian melihat sekilas salah seorang dari mereka mengambil sebuah terong panjang besar berwarna ungu dari kulkas. Tiba-tiba dirasakannya sesuatu yang dingin dan keras menerobos vaginanya.

“Nghh..!!”
Dian hanya mampu melenguh perih karena mulutnya terbungkam. Seorang lelaki mengeluar masukkan terong itu ke vaginanya sementara duburnya disodomi.
“Biar tepakek galo lubangnyo!!”

Mereka tertawa-tawa puas. Tiba-tiba lelaki yang sedang menyodominya mengerang dan menyodok dengan keras. Dian dapat merasakan cairan sperma yang hangat tumpah di anusnya. Kemudian rekannya segera mengambil alih posisinya menyodomi Dian. Tiba tiba lelaki yang dari tadi di’karaoke’ oleh Dian berbaring terlentang, dengan isyarat ia me mi nta teman-temannya menarik Dian ke atas tubuhnya. Kemudian menarik tubuh Dian hingga penisnya masuk ke vagina gadis itu. Bless.

“Aarhh..!!” Dian mengerang kesakitan, sebelum sebuah penis lagi maenyumbat mulutnya.
Dian kembali diperkosa tiga orang sekaligus. Payudaranya diremas-remas dengan kasar hingga Dian merasakan sakit bukan hanya dari dubur dan vaginanya yang dikocok paksa tapi juga dari buah-dadanya yang dipilin dan diremas dengan kasar. Tiba-tiba kedua tangannya ditarik kemudian dilumuri minyak sayur. Kemudian dipegangkan pada penis dua lelaki lain. Dian tertelungkup, dipeluk erat dari bawah, sementara vaginanya dipompa dengan kasar, seorang lagi menyodominya seperti binatang, seorang lagi memaksanya menghisap penisnya, menyetubuhi Judi Sex mulut Dian dengan menjambak rambutnya, sedangkan dua lagi minta dikocok dengan kedua tangan Dian.
Dan setiap salah seorang mencapai kepuasan, yang lain segera menggantikan posisinya, hingga pagi menjelang. Matahari mulai muncul ketika Romi menyentak-nyentak dubur Dian dengan keras dan
“Oohh..”
Ia menyemburkan spermanya dipantat Dian. Dian pingsan. Ia tertelungkup telanjang bulat diatas lantai. Sperma berlepotan di perut, punggung dan wajahnya.

Mereka tidak sadar jendela terbuka dengan lampu menyala. Beberapa pemuda di rumah sebelah menyaksikan semuanya. Bahkan mereka memfoto dan memfilmkan kejadian itu. Bahkan dengan aneh, Romi membiarkan pintu dapur terbuka ketika pulang.

Keenam pemuda berandal itu segera bergegas ke rumah Dian. Dian baru saja sadar. Dubur dan vaginanya perih. Ia tertelungkup di lantai dapurnya, telanjang. Sperma kering berceceran di sekujur tubuhnya. Ia tersentak ketika lampu blits menyala. Betapa terkejut Dian melihat enam pemuda tetangganya berdiri mengelilinginya, sibuk memfoto tubuh telanjangnya sambil menyeringai.

“Kami liat galo Dian.”
Mereka tersenyum mesum sambil menatap tubuh Dian.
“Ternyata kau biso dipeke jugo..”
Dian menangis tak berdaya ketika mereka membopong tubuhnya ke kamar tidurnya. Tubuhnya masih lemas. Dengan mudah tubuhnya ditelungkupkan diatas ranjangnya.

“Jangann. Gek ponakan aku bangun.. Jangan..” Dian menangis tak berdaya.
Ia tahu mereka tak segan-segan menyebarkan fotonya. Jika itu terjadi entah bagaimana nasibnya di kampung itu.

“Diem Dian, gek kami jago supayo mereka dak masuk. Sekarang nurut bae..”
Seseorang dari keenam pemuda itu membuka ccelananya. Mengangkat pantat Dian. Kemudian mulai menyodomi anus Dian.

“Uhh uhh! Uhh!” seperti binatang ia mulai menyentak-nyentak dubur gadis itu.
Wajah Dian terbenam diatas kasur, meringis dan menangis tak berdaya, sementara kelima pemuda lain telah membuka celana masing-masing sambil mengocok kemaluannya memperhatikan Dian yang terengah engah tak berdaya. Anusnya perih dan kesat. Hingga tiba-tiba pemuda itu menekan keras. Dian menggigit seprei menahan sakit. Sperma pemuda itu muncrat mengisi anus Dian, bertubi tubi.
“Aaahh.. Alangkah enaknyoo.”

Ia terkulai lemas. Menarik penisnya dari anus Dian. Begitu pemuda pertama selesai, yang kedua segera mengganti posisinya. Menyodomi Dian dengan brutal. Dian hanya bisa melolong tertahan. Tertelungkup sambil menggigit sepreinya kencang. Keenam pemuda itu menggilir Dian di pantatnya. Cairan sperma kental mengalir keluar dari duburnya, bahkan ketika pemuda terakhir mencabut penisnya, Dian tak sadar mengeluarkan kotorannya. Muncrat bersamaan dengan sperma pemerkosanya.
Mereka berenam tertawa. Dian lemas ketika dilentangkan. Kemudian lelaki yang selesai meyodominya tiba-tiba duduk didada Dian,

“Ayo suruh ngisep taiknyo dewek!” penisnya yang berlumuran kotoran Dian yang kental kuning dan bau itu disodokkan ke mulut Dian. Sementara rekannya yang lain memeggangi kepalanya. Dian terbelalak dan meronta ronta. Lelaki itu menyetubuhi mulutnya. Dan Dian dapat merasakan cairan asam, pait dan busuk itu memenuhi mulutnya. Dian meringis menahan muntah. Tapi mereka tak peduli. Dian tergeletak tak berdaya di atas ranjangnya. Keenam pemuda itu segera keluar. Diluar suasana mulai ramai.

“Dian, kalau tidak galak diglir sekampung, layani kami berenam!! Setiap kami ingin!” Ancam mereka. Dan Dian hanya sanggup menangis. Sejak kejadian malam itu Dian tak menyadari bahwa foto-fotonya sengaja disebar semua pemuda berandal di kampungnya. Dan Dian tak bisa berbuat apa-apa selain pasrah.
Setelah 30 menit, John muncul dengan bertelanjang bulat, sambil mengangkat ciciku yang memeluk leher John agar tidak jatuh ke belakang karena John hanya memegangi pantat ciciku dengan kuat, posisi yang sama ini juga dilakukan John saat memperkosa ciciku dua minggu lalu, tampak kemaluan John masih menyodok-nyodok dengan brutal liang kemaluan ciciku sambil berjalan, menyebabkan tubuh ciciku terguncang dan ciciku merintih-rintih dengan suara parau. Di hadapanku dan gerombolan bajingan itu, John terus memompa ciciku, tiba-tiba tampak tubuh ciciku bergetar hebat dan tubuhnya menggelinjang, kaki ciciku terangkat dan tampak otot paha dan betisnya mengencang tegang sambil dari mulut ciciku terdengar suara, “Ohh..” yang panjang, ciciku mengalami orgasme yang hebat di pelukan John, si John terbahak-bahak saat tubuh ciciku tampak lemas setelah orgasme, John mengejekku, “Dulu elo liat kakak elo ini sampai pingsan gue entot, gue berani tarohan kakak elo ini nggak lebih kuat dibanding dulu!” John terus mengocok dengan Judi Sex brutal, dan benar saja, pelukan ciciku pada leher John terlepas dan kembali kejadian dua minggu lalu terulang, tubuh ciciku terjuntai jatuh, namun John masih terus menyodok kuat batang kemaluannya ke dalam liang senggama ciciku, dengan kejam ia terus mengsenggamai ciciku yang telah jatuh pingsan.

Akhirnya John orgasme, dan menumpahkan banyak sperma ke atas wajah dan payudara ciciku, sehingga wajah ciciku mandi sperma. Ia tertawa puas, “Hahaha.. enak buanget ini cewek..!” Kemudian anak buah John mengambil 4 buah gelas berukuran cukup besar, mereka rupanya ingin mengumpulkan sperma mereka ke dalam gelas-gelas tersebut, entah untuk tujuan apa. Perkosaan itu terus berlanjut dengan brutal, kini tangan ciciku diikat di atas sebuah palang yang dapat diatur tingginya, lelaki yang mendapat giliran memperkosa ciciku mengatur tinggi palang sehingga posisi liang kemaluan ciciku tepat berada di depan kemaluannya, karena tubuh lelaki itu yang cukup tinggi, maka kaki ciciku tidak menyentuh lantai dan terpaksa tergantung dengan tangan terikat ke atas, ciciku tersadar dan menangis menahan perih pada tangannya, sementara lelaki itu mengangkat paha kanan ciciku dan mulai memasukkan batang kemaluannya yang besar dan panjang ke dalam liang kemaluan ciciku, dan mulailah ia mengocok ciciku tanpa ampun sambil tangan kanannya memegangi paha ciciku agar tetap terangkat, tangan kirinya dengan buas meremas dan memijat kedua buah dada ciciku bergantian, puting susu ciciku sesekali dicubit dengan keras, ciciku hanya dapat merintih-rintih dengan lemah, setelah puas dengan posisi itu.

Kini ciciku diikat pada kakinya dan digantung dengan kepala di bawah. Dalam keadaan tubuh ciciku yang terbalik itu, lelaki itu lalu memaksa ciciku menghisap-hisap batang kemaluannya sementara ia memperkosa liang kemaluan ciciku menggunakan jari-jarinya, tidak puas dengan hanya memasukkan jarinya, ia juga mengocok liang kemaluan ciciku menggunakan botol kecap berukuran kecil, setelah itu ia mengikat tangan ciciku di belakang punggung, ciciku dibaringkan di kasur yang telah disiapkan di lantai, lalu dengan buas tubuh telanjang bulat ciciku itu diperkosa habis-habisan oleh lelaki itu hingga orgasme dan menyemprotkan spermanya ke buah dada ciciku, lalu ia juga mengumpulkan spermanya ke dalam gelas-gelas yang kosong tadi.

Tak terasa sudah 14 orang yang memperkosa ciciku dengan buas, sudah tiga gelas yang penuh dengan sperma, ciciku telah pingsan berkali-kali, namun selalu disadarkan lagi dan kembali diperkosa dengan luar biasa brutal. Aku merinding membayangkan masih ada 24 pria lagi yang menunggu giliran, ketika tiba-tiba pintu gudang terbuka dan masuk bergerombolan 6 pemuda berandalan lain, ternyata mereka juga ingin mendapat bagian memperkosa ciciku, John membagikan mereka nomor urut pada sebuah kertas, sehingga total pria yang akan menyetubuhi ciciku berjumlah 44 orang!

Giliran berikutnya tiga lelaki sekaligus maju, ciciku yang bertelanjang bulat di kasur dikerumuni oleh tiga lelaki yang masing-masing batang kemaluannya yang besar dan panjang telah berdenyut-denyut melihat tubuh sempurna ciciku, lelaki pertama langsung menancapkan batang kemaluannya ke kemaluan ciciku dan memompa keluar masuk dengan brutal, lelaki kedua memompa mulut ciciku dengan batang kemaluannya, sementara lelaki ketiga dengan rakus menyedot-nyedot kedua buah dada ciciku yang ranum bergantian kiri dan kanan, seperti anak kecil yang sedang menyusu, sambil tangannya tak henti-hentinya meremas-remas dan memuntir payudara ciciku. Mereka lalu saling berganti posisi, mengalami perkosaan seperti ini, dimana kemaluan dan mulutnya dipompa serta harus menyusui tiga lelaki, tak dapat dihindari kembali tubuh telanjang bulat ciciku mengejang-ngejang tanda orgasme sementara dari mulut ciciku yang penuh dengan batang kemaluan mengeluarkan suara lirih, “Ohh..”

Setelah ketiga orang itu puas, berikutnya dua orang pria bertubuh besar maju bersamaan, ciciku yang lemas diangkat pada ketiaknya oleh seorang pria hingga payudara ciciku tepat berada di depan mulutnya, karena tingginya tubuh pria itu, kaki ciciku terangkat dari lantai, dengan posisi itu pria tersebut menetek pada buah dada ciciku dengan ganas, pria satunya tak mau ketinggalan, kedua bongkah pantat ciciku yang kenyal dan bundar diremas-remas Bocoran Togel 100% Jitu >>>Togel Ajaib<<< sementara mulut dan lidahnya mengaduk-aduk anus ciciku, sesekali tangannya mengusap-ngusap paha dan punggung ciciku, bahkan beberapa kali dengan kasar ia menjambak rambut ciciku sehingga kepala ciciku menengadah sambil buah dadanya tetap dihisap dan disedot dengan buas, bahkan sesekali pentil susunya ditarik kuat dengan gigi.

Setelah puas dengan posisi itu, lalu tubuh telanjang bulat ciciku diapit oleh dua tubuh mereka di atas kasur, lelaki yang di bawah memompa liang anus ciciku, sementara yang di atas memperkosa liang kemaluan ciciku tanpa belas kasihan, ciciku megap-megap saat wajahnya harus menempel pada dada pria yang besar dan berbulu itu, pemandangan mengenaskan itu juga di shoot oleh salah seorang pemuda yang membawa kamera, “Hehe.. elo jangan macam-macam, entar film yang kamu bintangin ini gua edarkan ke seluruh dunia, pasti jadi box office! haha..” tawa John diikuti teman-temannya. Kedua pria yang memompa ciciku kemudian berejakulasi hampir bersamaan, mereka kemudian menampung sperma mereka ke dalam gelas.

Pemerkosa selanjutnya mengikat tangan ciciku ke belakang punggung walaupun ciciku sudah tidak berdaya, lelaki ini adalah Anto, yang ikut memperkosa ciciku dua minggu lalu, ciciku kemudian didudukkan pada sebuah kursi, sementara Anto berdiri di belakang ciciku sambil tangannya bermain-main di atas buah dada ciciku dan meremas-remasnya dengan buas. Kemudian pria itu berjongkok di depan ciciku dan menjilati bibir kemaluan ciciku dengan rakus, ia juga memasukkan dua jarinya ke liang kewanitaan ciciku dan mengocok-ngocok kemaluan ciciku itu tanpa ampun. Kegiatannya membuat kemaluan ciciku menjadi sangat basah, barulah kemudian Judi Sex batang kemaluan Anto memompa ciciku dengan lancar, tampak batang kemaluan itu basah berkilat oleh cairan kewanitaan ciciku. Ciciku terengah-engah seolah kehabisan nafas, lalu Anto menindih ciciku di atas kasur, ia menyodok-nyodokkan batang kemaluannya dengan buas hingga mengguncang-guncang tubuh ciciku yang telanjang bulat, sesekali ia menghentikan aktifitasnya, namun secara refleks tubuh ciciku yang terangsang hebat menggoyang-goyangkan pantatnya naik turun agar kemaluannya terus dikocok oleh kemaluan Anto sambil mendesah dan terengah-engah, akhirnya Anto orgasme, ia mencabut batang kemaluannya dan menyemburkan spermanya di dalam mulut ciciku yang terpaksa harus menelan seluruh cairan kental itu.

Berikutnya seorang pria besar dengan batang kemaluan yang luar biasa besar dan panjang, sekitar 27 cm menggantikan posisi Anto, dikarenakan batang kemaluannya yang sungguh besar dan panjang, ia mengalami kesulitan memasukkan seluruhnya ke dalam liang kemaluan ciciku, maka ia hanya memompa hingga setengah batang kemaluannya saja yang masuk, namun gerakannya sangat cepat dan deras, batang kemaluan kuda itu membuat liang kemaluan ciciku yang sempit harus terbuka lebar, namun dikarenakan liang kemaluan ciciku telah sangat becek, batang kemaluan itu dapat masuk dan memompa dengan ganas.

Merasakan benda raksasa itu keluar masuk ke liang kemaluannya, ciciku mengejang-ngejang dan seluruh tubuhnya menggelinjang, suaranya parau saat merintih panjang, “Akkhh..” setelah orgasme dengan hebat, tubuh telanjang bulat ciciku terkapar lemas lunglai sementara kedua belah pahanya masih sesekali bergetar merasakan sisa-sisa kenikmatan. Namun pria dengan kemaluan raksasa itu baru mulai, dengan kejam ia memaksakan batang kemaluannya masuk amblas seluruhnya ke dalam liang rahim ciciku, “Arrgghh!” ciciku terbelalak dan melengking kuat merasakan sakit yang luar biasa, batang kemaluan pria itu adalah benda terbesar dan terpanjang yang pernah masuk ke liang kemaluannya, namun pria itu tidak mengenal kasihan dan dengan brutal terus memompa batang kejantanannya keluar masuk, testisnya yang besar juga menampar-nampar selangkangan ciciku, ciciku menangis sekuatnya dan menjerit-jerit dengan sisa tenaganya, tubuhnya terus terguncang hebat setiap kali batang kemaluan raksasa itu memasuki liang kemaluannya, “Hehe.. enakkan, heh? elo harus bersyukur karena kontol gue ini belum nembus sampai mulut elo! hahaha..” pria itu terus memperkosa sambil mengejek, tangannya yang besar meremas gumpalan buah dada ciciku, tak berapa lama ciciku terkulai pingsan tak sanggup menahan pemerkosa yang sungguh brutal itu. Saat ejakulasi pria itu menyemburkan sperma yang sangat banyak membasahi wajah, buah dada hingga perut ciciku, ia lalu mengelap spermanya ke wajah dan seluruh permukaan tubuh ciciku yang terlentang tak berdaya.

Berikutnya giliran dua orang pria, mereka membawa dua buah ember besar berisi air, lalu disiramkan seember air ke sekujur tubuh ciciku yang pingsan, ciciku tersadar sambil megap-megap, kemudian mereka memaksa ciciku menungging dengan bertumpu pada sebuah meja, ember berisi air itupun diletakkan di atas meja tersebut, kemudian mulailah salah satu pria itu memompa ciciku dari belakang sambil meremas-remas bongkahan pantat ciciku yang kenyal, pria satunya menyiksa ciciku dengan membenamkan kepala ciciku ke ember berisi air berkali-kali sehingga ciciku nyaris kehabisan nafas, setelah puas menyiksa ciciku dengan cara itu, ia kembali menyiram tubuh telanjang bulat ciciku dengan sisa air yang tersisa, “Supaya mulus lagi, nggak lengket-lengket sama peju elu orang!” katanya sambil tertawa.

Ciciku terus dipompa dengan ganas hingga buah dadanya yang tergantung indah bergoyang-goyang, pria yang menyiksa ciciku menjambak rambut ciciku agar wajah ciciku menengadah, dengan demikian buah dada ciciku yang terlempar-lempar terlihat jelas, kawanan bajingan itu memberi semangat temannya agar memompa lebih keras karena mereka menikmati goyangan payudara ciciku tersebut, sambil menjambak rambut ciciku dengan tangan kiri, tangan kanan pria itu tak tinggal diam, ia meremas-remas dan sesekali membetot-betot buah dada montok ciciku itu bagaikan memeras susu sapi, sehingga ciciku mengerang kesakitan, kemudian pria itu duduk di atas meja dan memasukkan batang kemaluannya yang besar dan panjang ke mulut ciciku, sambil menggerak-gerakkan kepala ciciku maju mundur sehingga batang kemaluannya mengocok-ngocok mulut mungil ciciku yang dipaksa menganga mulutnya selebar-lebarnya hingga pria itu berejakulasi di dalam mulut ciciku.

Kemudian ciciku dibaringkan tengkurap di atas kasur, dengan kejam pria yang tadi menyiram ciciku memperkosa anus ciciku, sementara pria satunya memaksa ciciku mengulum batang kemaluannya, hingga akhirnya mereka berdua ejakulasi dan menyemprotkannya ke wajah, punggung, dan pantat ciciku, sebagian mereka tumpahkan di dalam gelas.

Pria berikutnya juga memperkosa ciciku dengan kejam, ia menutup kepala ciciku dengan kantung plastik transparan lalu menyodok ciciku dari belakang dengan brutal, tampak ciciku tersedak-sedak kehabisan nafas, untunglah sebelum ciciku lebih menderita pria itu telah ejakulasi, ia menyemprotkan spermanya di lantai kemudian menarik lepas plastik yang menutupi kepala ciciku, ciciku lalu dipaksa menjilati dan menelan sperma di lantai hingga bersih.

Empat gelas yang berisi sperma itu telah penuh, ciciku dipaksa meminum satu gelas sampai habis, gelas kedua digunakan untuk keramas dengan menumpahkannya ke atas rambut ciciku, kemudian paha ciciku dipaksa membuka selebar-lebarnya hingga tampak liang kemaluan ciciku yang seperti gua kecil, perlahan-lahan sperma pada gelas ketiga ditumpahkan Judi Sex ke dalam liang rahim ciciku hingga habis, hal ini dilakukan perlahan sambil mengocok-ngocok liang senggama ciciku agar sperma tersebut masuk seluruhnya, sperma pada gelas terakhir dioleskan ke setiap senti dari tubuh ciciku yang telanjang bulat hingga merata, mereka lalu melepaskanku dan menyuruhku untuk menciumi seluruh tubuh ciciku, kulakukan itu dengan perasaan campur aduk. Tubuh ciciku lengket-lengket oleh sperma hingga tidak ada lagi bagian tubuhnya yang dapat diusap dengan mulus, biarpun demikian batang kemaluanku menegang dengan keras, lalu mereka menyuruhku untuk Agen Bola dan Poker Terpercaya Se-Indonesia >>>togeldomino<<< memperkosa ciciku dan menumpahkan spermaku ke dalam liang senggama ciciku.
Ciciku terus diperkosa nonstop hingga digarap oleh peserta terakhir, ia tak dapat bangun lagi saat pria terakhir selesai memompanya dengan ganas, kekejaman mereka yang terakhir adalah menggantung kami berdua dengan tangan terikat ke atas, lalu kemaluan ciciku disumpal dengan lilin besar, mereka tertawa-tawa melihat lilin yang menyumbat kemaluan ciciku itu, “Sekarang elo berdua punya titit! hahaha.. malah yang punya cewek lebih panjang!”

Kemudian dalam keadaan tergantung dan lilin yang masih menyumbat kemaluan ciciku, kami dicambuk dengan sabuk kulit, mereka memecut seluruh tubuhku, sedangkan ciciku hanya dipecut di bagian punggung dan pantat, “Susu elo sayang kalo dicambuk, kan besok-besok kita masih mau netek!” kata mereka pada ciciku sambil tertawa-tawa.

Setelah itu mereka melepaskan kami, dan sebelum memasukkan kami ke dalam bagasi mobil, mereka kembali mengencingi kami beramai-ramai. Dengan mobil itu kami dibawa kembali ke rumah kontrakan, saat itu hari telah menjelang subuh dan sedang hujan lebat, mereka menurunkan kami dalam jarak 100 meter dari rumah dan menyuruh kami berjalan ke rumah dalam keadaan telanjang bulat, terpaksa aku menggendong ciciku yang sudah sangat lemah dan telanjang bulat ditengah-tengah hujan, diiringi tawa mengejek mereka dari belakang, sebelum mereka pergi, sayup-sayup masih kudengar teriakan mereka kepadaku, “Ini belum selesai kawan! lain kali kakak elo itu bakal ngerasain yang jauh lebih eennaakk lagi! Suruh dia nyiapin memeknya buat nampung Judi Sex lebih banyak kontol! haha.. hahaha..” dan mobil itu melaju menjauh, aku berharap kali ini adalah terakhir kali kami berurusan dengan mereka. Namun entah mengapa aku memiliki perasaan buruk, bahwa mereka terus membayangi kami, khususnya ciciku, dan akan kembali suatu waktu.

Pacarnya teman kerjaku Ita


Pacarnya Teman Kerja – Cerita Sex Selingkuh
Sebuah suara terdengar dari sebelah meja kerjaku yang dipisahkan sebuah lorong tempat lemari arsip berada, terdengar suara yang sangat aku hafal dan begitu khasnya.

Suara tersebut adalah milik teman sekaligus staffku Ifa sartika (26), aku melihatnya lewat jendela ruangan yang memisahkan ruangan kami.

Wajahnya terlihat sangat ceria sambil mengobrol manja dengan Hp berada dekat telinganya. Hingga akhirnya kedatanganku membuat ia terpaksa menjauhkan Hpnya dari telinganya untuk fokus mendengarkan permintaanku.

“Bagaimana bu?” ucapnya dengan sopan.

“Bu.. Ba.. Bu, emang aku ibumu, udah ngomongnya? Ayokk dah lapar nih, ke kantin yukk, nelpon aja..”

“Hehe, maaf teh.. maaf… ia.. ia..” ucapnya sambil kembali meletakkan Hpnya di dekat telinga “Ehh sayang.. ups, maksudnya nanti aku terlpon lagi yah, si bos ngajak lunch nih.. oke.. byee..” ucapnya lagi yang terlihat salah tingkah karena kata “sayang” yang ia ucapkan.

“Dasar kamu.. buruan nikah sana, manggil sayang.. sayang..” ucapku yang memang sering bercanda ketus pada adik kampus sekalian bawahanku ini yang sekarang sudah menjadi teman akrabku di kantor 6 bulan belakangan.

“Yee teteh sirik amat.. maklum teh aku kan baru puber, hehehe.”

“Ihh udah gede juga… puber apaan?”

“Ia deh ngalah sama yang udah nikah, aku mah apa.”

“Ihh kamu mah.. ayok keburu jam makan siang selesai nih”

​Aku Ruri Tiansyah dan juga Ifa Sartika kemudian melangkahkan kaki kami menuju sebuah kantin dekat dengan kantor pemerintahan tempat dimana kami berkerja untuk menyantap makan siang kami.

“Ehh teh, gimana kabar Aldi, nggak apa-apa dia sendirian sama pembantu di rumah.”

“Nggak kok.. udah biasa ini, mau 6 bulan sudah.“

“Kalau Mas Imran?” tanyanya yang membuatku ikut membayang sosok yang ia sebutkan itu.

“Yah begitulah, masih banyak proyek, lagian dia juga sibuk buat ujian Tesisnya.” ucapku yang kini membayangkan wajah suamiku, Imran (28).

“Aduh.. kok murung gitu si teh, maaf kalau pertanyaan Ifa buat teteh sedih, kangen yah ”

“Yah, begitulah Fa, namanya juga suami pasti dikangeninlah apa lagi jauhkan, kamu aja yang bedanya cuman kecamatan tiap hari telponan mesra-mesraan, apalagi teteh yang beda negara.”

“Ihh.. apaan sih teh.. jealous deh… kan sayang.. tapi bener juga sih teh, hehehe.”

Akhirnya obrolan kami sedikit terhenti karena pesanan makanan kami sudah datang di meja. 1 porsi nasi Ayam dan 1 porsi nasi Rendang khas padang serta 2 gelas es teh, membuat fokus kami yang asik bercerita buyar karena perut yang keroncongan.

Dengan lahapnya kami berdua menyantap makanan yang terasa begitu lezatnya hingga hanya menyisakan piring kosong dan juga gelas berisi es yang belum sempurna mencair.

“Wah emang kita udah lewat jam makan nih teh, ludes habis nih mah.” ucap Ifa dengan wajah cerianya.

“Yee.. gara-gara kamu asik nelponan kan kita jadi telat makan.”

“Hehehe.. ia juga teh.. masih 15 menit nih teh, nyantai dulu yah teh.”

“Ia.. ia.. makananya juga belum turun.”

Cerita Selingkuh – Pacarnya Teman Kerja
Kami berdua akhirnya sedikit beristrahat di kantin yang ternyata masih ramai dengan para pengunjungnya dan membawa kami asik bercerita, terutama Ifa, ia asik curhat tentang kekasihnya yang bernama Denny, yang menurutnya tajir juga baik padanya, selain itu dari foto yang ia tunjukan Denny juga terlihat ganteng.

Yah cocoklah dengan Ifa yang memang juga cantik pintar dan pekerja keras. Meski hubungan mereka baru berjalan 2 bulan, namun terlihat keseriusan Deny yang rela menunggu Ifa pulang dan mengantarkannya.

“Aduh.. Fa.. ini udah lewat sejam kita disini loh.” ucapku yang ternyata baru sadar jam makan siang sudah selesai 1 jam yang lalu.

“Masa sih teh.. ya.. ampun maaf teh, Ifa asik ngomong nggak sadar.”

Iia nih, teteh juga asik banget degarin kamu cerita sini-sana sampai nggak sadar, ini juga pegawai nih pada belum masuk apa masih banyak mondar-mandir disini.”

“Maklum teh katanya si bos besar, Pak bupati lagi ke luar daerah.”

“Ia juga sih, tapi kerjaan kita numpuk nih, wah bisa telat pulang nih kita.”

“Ia juga yah.. aduh ayukk teh kita balik aja.”

Dan benar pekerjaan yang seharusnya bisa kami kerjakan ternyata terlambat membuat kami harus lembur untuk mengejar target. photomemek.com Karena bahan yang kami kerjakan ini keesokan harinya akan dipakai oleh Kepala dinas, sebagai bahan meeting bulanan bersama para kepala dinas lainnya.

“Aduh teh, maaf aku buat teteh ikut lembur juga bantuin aku.”

“Ia gpp Fa, salah teteh juga nggak disiplin diri.”

“Aduh teh aku jadi nggak enak, kan Aldi pasti nunggu ini udah jam 6 loh.”

“Ow ia yah, aduh gimana yah.” aku yang baru sadar kalau pembantuku tadi minta ijin pulang duluan karena ada urusan keluarga.

“Ya udah teh, tinggalin aja biar Ifa yang kerjain sisanya nanti teteh bawa ini aja sebagian buat besok di kasi ke pak kepala.” ucap Ifa padaku yang sibuk mengecek HP menelpon ke rumahku sendiri.

“Assalamualaikum.. ia.. ohh syukurlah ini bentar lagi yah otw pulang, terima kasih yah mbak.” ucapku di Hp setelah tahu mbak yang menjaga Aldi menunda kepulangannya karena aku belum kunjung pulang.

Akhirnya aku membereskan berkas-berkas yang akan dipakai esok harinya setelah itu beranjak meninggalkan Ifa yang sendirian di sana, di kantor yang memang ruangannya sedikit terpisah dari ruangan utama, bahkan punya akses tersendiri di bagian belakang gedung sehingga kami para pegawai biasanya memarkir kendaraan di bagian belakang.

Gedung perkantoran pada jam segini memang sudah mulai sepi karena banyak yang juga sudah pulang, jarang banget ada yang lembur dan masih bekerja kecuali sudah sangat kepepet seperti aku dan Ifa tadi.

Saat aku bejalan menyusuri halaman belakang kantor, aku melihat sebuah mobil yang sering juga aku lihat menjemput Ifa, berada persis di samping mobilku dan terlihat sesosok pria yang sedang duduk menunggu di dalam mobil sambil kepulan asap keluar lewat jendela yang terbuka lebar.

“Ehh.. ibu udah selesai.”

“Ia.. mau jemput Ifa yah, waduh kasihan harus nunggu, paling 30 menit lagi Ifa selesai, ada sedikit kerjaan tadi.” ucapku menerangkan sambil membuka pintu dan memasukan berkas-berkas di jok sebelahnya.

“Ia gpp bu udah biasa.”

“Kamu setia sekali, ya udah yah.. saya pergi dulu” ucapku yang langsung masuk mobil dan tancap gas menuju rumahku.

Untungnya jalanan sore ini tak terlalu macet, yah karena tempatku bukan kota besar, serta jarak tempuh ke rumahku yang memang dekat membuat hanya 10 menit aku mengendarai mobil dan sudah sampai di rumahku. Aku bergegas masuk dan menemukan anakku sudah tertidur, di samping penjaganya yang terlihat lelah juga.

“Aduh maaf mbak saya harus ada kerjaan dadakan.”

“Ia gpp bu, udah dari tadi sih tidurnya, capek mungkin seharian mainan air di kolam.” ucap penjaganya sembari menunjuk kolam buatan dari karet yang berada di halaman belakang.

“Aduh mbak maaf yah, owh yah ini ada sedikit tip buat mbak..”

“Nggak usah bu, gpp, lagian nggak jadi juga kegiatan di rumah.”

“Aduh saya nggak enak mbak, anggap aja uang lembur, kan kita profesional, udah ambil aja yah.”

“Aduh jadi nggak enak saya bu.”

“Gpp, ini ambil.” ucapku sambil memberi sedikit tip pada pengasuh anakku ini karena memang pekerjaannya bagus dan juga cakap, lagian dia juga berhak mendapatkannya.

Melihat anakku yang terlelap, aku tak tega membangunkannya, sehingga hanya kecupan yang aku berikan, lalu aku teringat dengan berkas di mobil yang harus aku siapkan untuk besok, kakiku kemudian melangkah menuju mobilku.

“Ya ampun kok ini sih.. aduh salah nih.” ucapku sambil mencoba menghubungi nomor Ifa berkali-kali namun tak ada jawaban.

“Aduh, besok dipakai lagi.. gimana nih,,” ucapku yang kemudian sedikit termenung.

Akhirnya aku menuju kamarku menggendong anaku yang tertidur lelap, kemudian memasukannya dalam mobil dan membawanya bersamaku menuju kantorku kembali.

​Aku tiba, suasana kantor sudah lumayan sepi namun aku masih menemukan mobil pacar Ifa di sana, tapi tidak dengan orangnya.

“Syukurlah mungkin masih beres-beres dia.” ucapku yang kemudian turun meninggalkan anaku sendirian di mobil menuju ruangan kantorku.
“Loh kok udah gelap yah… aduh cari lagi penjaganya nih.” ucapku yang ingin mencari penjaga gedung siapa tahu masih ada berkasnya dan tak dibawa oleh Ifa pulang.

Cerita Seks Selingkuh – Pacarnya Teman Kerja
Namun sebelum beranjak jauh, dari luar aku melihat ternyata pintu ruangan kantor sedikit terbuka sehingga kuputuskan untuk melihat dulu sekitar. Kebetulan tadi setelah pulang aku mengganti sepatu kerja dengan sendal yang aku gunakan sekarang sehingga kedatanganku sedikit bercampur dengan suasana hening.

Sesampainya di depan pintu, benar saja aku mendapatkan pintu sedikit terbuka dan dari dalam ada sedikit cahaya dari ruang arsip yang tak memiliki jendela. filmbokepjepang.com Memang dari luar tadi tak terlihat adanya cahaya dikarenakan terhalang oleh lemari yang menutupi ruangan tersebut.

Ruang arsip itu terletak persis di samping kiri (barat) ruangan kalau dari pintu masuk (selatan), dengan pintu ruang arsip yang menghadap pada arah matahari terbit, tempat dimana tadi aku berusaha melihat cahaya dari luar namun memang terhalangi oleh lemari besar disamping kanan pintu.

Dengan suasana yang sepi seperti ini dan gelap cukup aneh melihat keadaan kantor yang tak terkunci apalagi ruangan arsip masih menyala membuat rasa penasaranku timbul mendekati ruang tersebut.

Baru 2-3 langkah aku menuju ruang arsip yang pintunya ada di depan, ada suara aneh yang aku dengar dari dalam ruangan tersebut, membuat aku seketika memperlambat jalan dan seperti sudah insting, suara kakiku berusaha aku redam dengan jalan yang mengendap-endap.

Suara itu terdengar mulai lebih keras saat tubuhku mulai mendekat pada pintu ruang arsip yang terbuka. Wajahku berusaha melihat kearah dalam namun yang kulihat pertama adalah lemari arsip didepanku yang bersandar pada tembok. Yah ruang ini hanyalah ruangan berbentuk 7×2, sehingga apa yang aku lihat pertama adalah lemari. Wajahku berusaha untuk melihat kearah dalam lagi namun tubuhku berhenti seolah hanya mengijinkan wajahku untuk masuk.

Dan apa yang aku lihat sunggu di luar dugaan, dan ini menjelaskan asal muasal suara aneh yang sekarang semakin jelas di telingaku. Dengan mata dan kepalaku sendiri aku melihat Ifa tengah berdiri menyandarkan tubuhnya pada lemari besi di belakangnya, wajahnya seperti meringis melukiskan pesan berarti dengan mulut yang terbuka seperti menyebut huruf “O” dengan mata merem melek.

Suara aneh itu semakin terdengar bercampur dengan suara serak dari tenggorokan Ifa. Aku mengarahkan pandanganku ke arah bawah asal suara itu berada, namun yang aku lihat hanyalah meja yang menghalangi pandanganku pada sosok dibawah sana, ia berjongkok sambil kepalanya dan rambutnya diremas Ifa yang terlihat pasrah tubuh bagian bawahnya mengeluarkan suara aneh, suara becek yang khas..

“Astagfirullah.. Ifa” ucapkan yang serak dan hampir tak keluar suara akibat shock kaget melihat kejadian didepan mata.

Bisa kulihat salah satu kaki Ifa ia angkat dan letakan pada kursi di depannya sedangkan roknya sudah terangkat hingga pinggulnya, di atas meja bahkan bisa kulihat celana dalam wanita berwarna putih tergeletak disana, celana dalam yang aku yakini adalah kepunyaan Ifa.

Tubuhku merinding melihat ini semua, sebuah sensasi yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya, tubuhku terpaku disana sedikit memepetkan diri pada tepi pintu agar tak terlihat oleh Ifa yang nampaknya juga sedang menikmati permainan di bagian ke wanita nanya itu…

“ Cleckhh.. Clecckk.. Cleckk.. Slurpp.. “ bunyi suara-suara aneh yang terdengar jelas.

“Ssstt Oooww mmpptthh” desah pelan Ifa, dimana kedua tangannya berpindah beberapa kali dari menutup mulutnya dan meremas rambut dan kepala pria dibawah selangkangannya itu.

Ada sekitar 2 menit aku berada di depan pintu itu terpana dan terhipnotis disana, hingga akhirnya sebuah tangan dan tubuh merangkulku dari belakang dimana tangannya mengancing kedua tanganku yang sedang menekuk hingga aku tak bisa bergerak, tangan kanannya kemudian menutup mulutku berserta dua telapak tanganku yang memang sudah berada disana sejak tadi..

“Ssttt.. Bu jangan berisik ini Denny, “ ucap sosok yang berbisik pelan di belakang telingaku.

Aku tersentak lebih kaget lagi, segala macam rasa bercampur, marah, takut, gugup dan juga khawatir aku rasakan, bercampur membuatku binggung dan sensor motorikku seolah ikut bingung sehingga aku hanya terdiam saja dalam pelukan pria yang mengaku sebagai Denny pacar Ifa.

Pikiranku masih kalut, detak jantungku berdetak begitu cepatnya rasa-rasanya aku begitu lemas dalam pelukan pria yang begitu erat mendekapku ini..

“Ibu ngapain? Bukannya tadi sudah pulang?” tanya pria yang masih belum bisa aku lihat wajahnya itu.

“Arrrggggggghhhttt….”

Tiba-tiba terdengar erangan dan lenguhan suara di depan kami, sebuah suara yang keluar dari bibir mungil Ifa. Tubuh Ifa mengeliat menimbulkan suara berisik dari gesekan tubuhnya dengan lemari dibelakangnya itu.

Aku dan pria yang mendekapku sempat terdiam sesaat sebelum akhirnya kami sedikit bersembunyi di balik tembok karena sosok dibawah tubuh Ifa bangkit dari tempatnya.

Dan kini aku bisa melihat sosok yang mendekapku sedari tadi karena posisi kami saat ini saling berhadapan, ia masih memepet tubuhku dan menutup mulutku dengan telapak tangannya, sedangkan kedua lenganku tertekuk dan ia tekan di area dadaku.

Pria ini yang sering aku lihat bersama Ifa, yang tadi juga sempat aku sapa sebelum pergi meninggalkan kantor, Pria yang tingginya kutaksir 180cm dan berbadan tegap ini adalah Denny pacar Ifa…

“Neng Ifa udah dapet yah? Sekarang gantian yah, nungging neng mau bapak masukin.” ucap pria tersebut.

“Tunggu pak.. Ifa basahin dulu..”

“Nggak usah neng, punya neng udah becek, bapak udah nggak tahan, mau ambil jatah dulu lagian kasihan pacar neng tungguin.” ucap pria tersebut.

Aku saat itu hanya tertegun mendengar ucapan pria yang sangat aku kenal suaranya itu, tanpa melihat pun dari suara berat pria tersebut aku cukup tahu kalau itu adalah Pak Yadi (44) seorang Kepala keamanan di gedung pemerintahan ini. Ia sering menyapaku dan berbincang bahkan dalam beberapa kesempatan ia pernah meminjam uang padaku.

“Ssshhhtt.. Ouuhhhh Pakkk.” desah Ifa yang terdengar seperti bergetar.

“Ouuhh nengg.” desah pak Yadi juga.

Karena desahan ini, nampaknya Denny terlihat penasaran dan menggeser tubuh serta kepalanya dan melihat ke dalam ruang arsip, dan karena posisi ini juga tubuh Denny semakin memepet tubuh kecilku.

“Ouhh pak.. Bentar.. Bentar.. Pak.. Jangan kencang-kencang yah pak.. Nanti memek Ifa lecet, pelan-pelan aja.”

“Ia neng maaf-maaf, habisnya udah nggak tahan neng, tapi kalau pelan-pelan entar lama keluarnya loh, nanti kalau pacar neng Ifa datang, malah kena karma, saya yang dipenjarain.”

“Bapak sih nggak sabaran, kan udah Ifa bilang besok aja.”

“Trus gimana dong neng, tanggung nih.”

“Udah nggak apa-apa pak lanjutin aja, Ifa tadi nyuruh pacar Ifa buat ngantarin berkas ke rumah Bu Puri paling 30-45 menit lagi baru sampai sini.”


Sebuah percakapan singkat yang dilakukan oleh Ifa dan Pak Yadi ini membuat aku semakin berpirkir kalau apa yang sedang mereka berdua lakukan ini tanpa ada unsur paksaan sedikitpun.

Tak seperti diriku saat ini, aku dipaksa untuk tetap diam dan tak bergerak oleh Denny bahkan tubuhnya dan tembok bekerja sama memepet tubuhku. Konsentrasiku disini mulai pecah antara mendengarkan percakapan Ifa dan menyeimbangkan serta mengendalikan tubuhku.

Karena apa yang aku rasakan saat ini sangat berbeda. Ada seorang pria bertubuh atletis dengan dada bidang dan aroma khas keringat lelaki sedang bersentuhan dengan tubuhku, meski masih berpakaian lengkap tapi entah mengapa membuat aku mulai tersengal.

Ada semacam hormon yang kemudian bereproduksi lebih membuat nafasku mulai berat dan tubuhku semakin sensitif. Hawa yang aku rasakan mulai berbeda, “Apakah ini ? Apa aku BIRAHI, ohh tidak…!! “ ucapku yang mulai merasakan nuansa berbeda yang terjadi dengan tubuhku, sangat sulit aku buat mengontrolnya.

Tubuhku diam terpaku, aku mencoba berkoordinasi antara otak dan tubuhku tapi nampaknya jalur sensorik di tubuhku lebih merespon otak tak sadarku. Aku berusaha sekuat tenaga untuk menyadarkan diriku dari semua ini, tapi malah sentuhan tangan Denny dan pepetan tubuhnya membuatku semakin terbawa arus.

“Ssstttt oouuhhh pakkk… masuk semua yah pak?” desah Ifa diselingin sebuah pertanyaan.

“Ia neng masuk semua, padahal kemarin nggak bisa yak.”

“Ssttt.. pelan2 aja pak jangan semua dimasukin.. Ifa takut pacar Ifa curiga kalau memek Ifa nggak seret lagi.”

“Heheh ia neng maaf-maaf.” ucap pak Yadi.

Suasana ruangan ini sekarang penuh dengan kebisingan dan kebisuan, bising oleh suara-suara desahan Ifa dan pak Yadi dan bisu oleh kehadiran aku dan Denny.

Ifa nampak menikmati permainan pelan Yadi yang mengenjot dirinya, entah dengan gaya apa, karena aku tak bisa melihat adegan mereka hanya Dennylah yang tahu mereka sedang seperti apa, tapi dari keberanian Denny menunjukan wajahnya semakin dalam aku berani bertaruh mereka berdua melakukan gaya yang membalikan badan pada pintu masuk.

Tubuhku semakin terpaku dan sensitif sejalan dengan permainan Ifa dan pak Yadi, dan sekarang aku tahu bukan aku saja yang birahi melainkan Denny juga. Walau tak bisa aku melihatnya namun bisa aku rasakan kalau perut atasku terganjal oleh sesuatu antara aku dan Denny yang semakin lama semakin mengeras.

Dadaku semakin naik turun berusaha mengatur nafas karena birahi yang ku alami oleh pendengaranku dan juga sentuhan Denny di tubuhku dari tangannya dan juga bagian tubuh yang mengeras itu.

“Sssstt oouhh yeaahh mmhhhpp ssttt…” desahan demi desahan yang keluar dari bibir Ifa dan juga pak Yadi telah menguasai ruangan kecil tersebut. Mungkin kalau bibirku tak ditahan oleh tangan Denny aku juga sudah mendesah seperti Ifa.

Karena tak kuat menahan birahi waktu itu aku menutup mataku, berusaha untuk fokus mengatur nafas dan juga pikiranku. Tapi tiba-tiba aku dikagetkan oleh gerakan Denny yang kemudian berbisik di telinga kiriku.

“Bu Puri kenapa? Kok tutup mata gitu” ucap Denny sangat pelan tapi bisa aku dengar di telingaku.

“Ibu terangsang yah dengar mereka?” ucap Denny yang mengetahui keadaanku.

“Ibu mau lihat ? Tapi jangan berisik yah nanti ketahuan kita disini.” ucap Denny sekali lagi tapi kini ia memegang kedua pinggulku dengan kedua tangannya membuat dekapannya terlepas di mulutku.

Kemudian dengan sebuah gerakan Denny membuatku berpindah dari yang tadinya bersandar di tembok berhadapan, sekarang aku menggantikan posisi Denny mengintip tadi dan akhirnya aku bisa melihat 2 sosok didepanku ini.

Sementara Denny begitu mepet dengan tubuhku mendekapku dari belakang dan kembali menutup mulutku dengan tangan kirinya namun kali ini kedua tanganku dibiarkannya bebas.

Ingin aku melepaskan diriku dari dekapannya namun sekali lagi aku tak sanggup karena memang Denny kali ini lebih erat mendekapku dan selain itu Denny juga membisikkan kalimat yang lebih pada sebuah ancaman.

“Ibu jangan berisik yah, nanti kita ketahuan ada disini.” ucap Denny sekali lagi.

Dengan keadaan ini, aku bisa melihat apa yang Ifa lakukan dengan pak Yadi, mereka dalam posisi berdiri, dengan salah satu kaki Ifa ia angkat dan letakan di atas kursi sedangkan ia sedikit mencondongkan setengah badanya kebelakang.

Rok panjang Ifa sudah terangkat hingga pinggulnya sehingga menunjukan bokongnya yang sudah tak ada lagi penutup disana sementara itu Pak yadi berdiri tepat di belakang Ifa dengan celananya yang sudah jatuh di lantai membuat tubuhnya telanjang.

Tangan Pak Yadi bisa kulihat tengah bermain pada buah dada Ifa yang sudah menggantung terbebas dari bajunya. Namun dari semua itu yang membuat tubuhku terdiam dan mataku menatap tajam adalah bagian bawah pak Yadi dan Ifa.

Terlihat penis yang gagah perkasa dengan ukuran diatas rata-rata berwarna hitam legam tengah menganjal vagina Ifa yang putih dan mulus itu sangat kontras terlihat.

Kedua insan tersebut tengah berpacu dalam nafsu birahi mereka, pinggul mereka saling bergoyang memberi kenikmatan pada kelamin masing-masing yang saling bersentuhan. Sementara mata mereka menutup meresapi setiap kenikmatan gesekan pada titik sensitif tubuh mereka tanpa sadar ada 4 pasang mata tengah melihat aksi mereka tersebut.

“Sstt ahh mmhhh ssshh aaahhh…” desah Ifa berusaha mengulum bibirnya agar tak terlalu berisik sementara itu tangannya ikut menemani tangan Pak Yadi yang meremas dan memainkan buah dadanya.

Sementara Pak Yadi nampak dengan pelan dan halus memaju mundurkan pinggulnya sesuai permintaan Ifa sehingga penisnya tak semuanya masuk dalam vagina Ifa.

Selagi menyaksikan apa yang terjadi dengan rekanku ini, sadar atau tidak tubuhku sudah sangat rapat dengan Denny, bahkan bisa kurasakan ganjalan di antara bokongku yang secara perlahan sengaja digerakkan.

Bahkan kepalaku kini sudah bersandar di dada Denny yang memang lebih tinggi dariku, sementara tangan Denny yang satunya serasa bermain mengelus perutku. Sesaat aku ingin keluar dari keadaan ini tapi sesaat aku seperti tak mampu melepaskan semua ini.

“Apa yang terjadi denganku ?”
“Apa aku menikmati perlakuan Denny ?”
“Ohh tidak, ini tidak boleh aku sudah bersuami, tapi..”

Kumpulan Cerita Seks Dewasa Terbaru
Flashback

Sudah 6 bulan ini Mas Imran tak ada di sampingku, awalnya bulan pertama bisa aku sesuaikan dengan diriku tapi setelah itu nampaknya aku merindukannya, merindukan kasihnya dan merindukan sentuhannya.

Sebagai pelepas lara dan rindu sering aku menelponnya sampai berjam-jam selepas pulang kantor, namun 3 bulan belakang ini itu jarang kulakukan karena Mas Imran harus fokus pada project dan juga kuliahnya, aku jadi semakin jarang berkomunikasi dan hanya berkirim pesan lewat aplikasi WA.

Sebenarnya selain komunikasi kangen-kangenan dengar suaranya atau dengar suara anak kami atau melihat wajah kami ada satu hal yang membuatku sangat merindukannya. Yah.. Benar … “asupan biologis”.

Hal yang saat ini tak bisa lagi aku lakukan dengan suamiku. Biasanya aku sengaja menggodanya dengan mengirimkan foto2 ******* padanya dan tentu saja di akhiri dengan “phone sex” atau kalau memungkinkan kami melakukan “VC sex”..

Namun seperti yang kubilang tadi selama 3 bulan ini kami sudah tak sering melakukan itu, paling seminggu sekali, yah kesibukan dan perbedaan waktulah yang menjadi kendalanya.

Aku sendiri bisa dibilang seorang wanita dengan birahi seks yang cukup besar dan itu sudah diketahui suamiku sejak awal kami pacaran, bahkan bisa dibilang dialah yang membuatku seperti sekarang ini.

Ditinggal sendiri seperti ini seakan sedang menumpuk bom waktu yang tak tahu kapan akan meledaknya. Dan nampaknya bom waktu ini sedang berjalan semakin mendekati waktu ledakannya.

“Tapi kenapa dengan tubuhku yang tak bisa diajak kerja sama.” ucapkan dalam hati.

Tubuhku sepertinya semakin dikuasa birahi, sentuhan dan perilaku Denny semakin membuat getaran2 dan sengatan2 kecil menjalani di tubuhku..

“Ssttt…” desisku perlahan yang langsung berusaha aku tutup dengan tangan kiriku. Sementara tangan kananku berusaha menangkap sumber gerakan yang membuatku mendesis.

Karena terbawa suasana, aku sampai tak sadar dekapan Denny di mulutku sudah sedari tadi terlepas, sehingga harus aku tutupi dengan tangan kiriku, sedangkan tangan kanan Denny yang tadi berada di pinggulku kini sudah berpindah tepat diatas payudara kananku, dimana ia meremas dari luar baju kantor yang masih kukenakan.

Tangan Denny terasa memenuh hampir seluruh sisi payudara kananku dimana bentuknya semakin membesar setelah aku melahirkan dan menyusui.

Aku cukup susah mensinkronkan mulut dengan otak agar menyuruh Denny berhenti, mulutku serasa kaku takut akan suara aneh yang keluar dan takut akan kebisingan yang mengakibatkan keberadaan kami diketahui.

Hanya tangan kananku saja yang masih berusaha menyingkirkan tangan Denny, walau usahaku sia-sia karena Denny yang sepertinya kelebihan hormon pertumbuhan itu dan mengakibatkan tepalak tangannya 2 kali lebih besar dari telapak tanganku, tetap meremas payudaraku dengan perlahan.

“Awww mmmptth” Belum habis keterkejutanku dengan perlakuan Denny, aku dibuatnya sedikit berisik lagi, untung saja aku sempat dan cepat menutup rapat mulutku dengan tangan kiriku.

Tangan kiri Denny kali ini lebih berani menjamah tubuhku, kali ini ia menekan bagian depan selangkanganku dari luar dengan jemarinya membuat aku merasakan sentuhan di titik sensitif lainnya.

Spontan aku ingin menghindar dari perbuatan Denny yang satu ini tapi gerakan menghindar ke belakang malah membuat bokongku semakin merasakan ganjalan di belakangku serta sentuhan baru di depan.

Berada di posisi ini dengan bagian sensitif disentuh membuat wanita siapa saja pasti akan birahi, begitu juga denganku, nafasku semakin memburu, produksi kelenjar semakin bertambah membuat basah bukan saja bagian bawah tapi juga hampir seluruh tubuhku termasuk telapak tanganku.

Mataku mulai sayu, kaki-kakiku seperti kehilangan kekuatan untuk berdiri lebih lama dan tentu saja ini semua karena sentuhan-sentuhan yang kuterima ditambah lagi suara-suara dan adegan-adengan Ifa dan pak Yadi di depan kami.

Tekanan jemari Denny semakin kuat di daerah selangkanganku meski sekuat tenaga aku berusaha mengapit kakiku. Tubuhku hampir tak kuat lagi, sehingga tangan kiriku turun dan menghalau tangan Denny.

“Jaaanggannn!” ucapku pelan, lirih dan seakan bergetar tepat di telinga kanan Denny, dimana kepalanya kini semakin menunduk dan ia letakan di bahu kiriku.

“Ibu terangsang yah liat mereka?” ucap Denny yang seakan tak nyambung dengan konteks yang aku ucapkan.

Aku sedikit lega, karena setelah itu tangan Denny berhenti menekan selangkanganku, tapi beberapa saat kemudian ia malah menggapai payudara kiri ku, sehingga kedua payudaraku dari luar sudah disentuhnya.

“Jangaann dibuka…” ucapku kembali lirih saat tahu tangan Denny ingin membuka kancing didepan dadaku..

“Udah ibu diam aja, nanti ketahuan loh.” ucapnya sambil berhenti sejenak. Namun kembali ia lanjutkan membuka kancing bajuku hingga 2 kancing teratas berhasil lolos.

Denny terlihat terburu-buru dengan aksinya namun ia berhasil menyentuh kulit payudaraku dan menyusupkan tangannya ke dalam bra dan menyingkapkannya sehingga payudara kiriku sudah berada diluar bra dan bajuku. Denny langsung saja menyentuh puting payudaraku yang berwarna coklat kemerahan itu dan diplintirnya.

“Sstt.. Jangannnnn…” ucapku dengan suara yang serak-serak akibat menahan cairan di tenggorokan yang kering.

Denny tak menggubris ucapanku bahkan setelah ia berhasil meloloskan payudara kiriku kini ia juga sudah berhasil meloloskan yang kanan dan memainkan serta memlintir kedua puting payudaraku.

Berada di posisi ini nampaknya, ledakan bom waktu sudah berada pada detik terakhir. Saat aku sudah tak bisa lagi mengontrol tubuhku tanganku yang seharusnya menghalau pergerakan tangannya malah hanya diam tak bertenaga..

Pinggul dan bokongku juga, meski sudah tak ada lagi tekanan dari depan tapi tetap menekan ke arah belakang. Sampai saat dimana wajah Denny akan turun dan menikmati buah kembarku, bom waktuku akhirnya meledak.

“Denny… Jangaaann.. Aku bisa mendesah nanti.. Jangan disini.. Di luar saja kalau kamu mau..“ ucap ku menahan kepalanya dimana lidahnya sudah menjilati sedikit buah dadaku namun belum sampai pada putingnya. Tapi nampaknya Denny tak menggubris..

“Diluar aja.. Jangan disini.” ucapkan sekali lagi dengan mata sayu bertatapan dengan Denny.

“Oke diluar saja yah..” ucapnya mengiyakan permintaanku.

Aku antara lega dan kuatir, ucapanku ini memang menghentikan aksi Denny yang pasti akan membuat kami ketahuan karena desahanku, tapi juga ucapanku ini membawaku ke aksi Denny yang lainnya.

Belum lama aku banyak berpikir, aku sudah dikagetkan dengan tubuhku yang tiba-tiba melayang, untungnya aku tak bersuara karena aksi Denny yang mengendong tubuhku secara tiba-tiba.

Nampak tak ada kesulitan yang berarti bagi dia membopong tubuhku melewati lorong kantor tersebut, melewati pintu dan terus membawaku menuju mobil milikya yang terparkir di sebelah mobilku..

Tanpa menurunkanku ia menendang kolong mobil miliknya sehingga bagasi belakangnya otomatis terbuka, kemudian ia memasukanku ke dalam bagasi mendudukkanku kemudian menekan sebuah tombol hingga kursi penumpang di belakangku terjatuh.

Denny terlihat tergesa-gesa ia ingin langsung membuatku terlentang diatas kursi yang sudah rata dengan bagasi belakang. Namun rentang waktu dan jarak antara dari dalam kantor dengan mobil cukup membuat aku sedikit tersadar.

“Tunggu dulu, aku ini wanita sudah bersuami Den.” ucapku berusaha memasukan kembali payudaraku yang di tatap Denny dengan mata mesumnya.

“Sudahlah bu, aku tahu itu kok, dan suami ibu nggak bisa memenuhi kebutuhan ibu kan? Buktinya ibu menikmati sentuhan-sentuhanku..” ucapnya yang membuatku sedikit terdiam.

“Sama sekali tidak, aku..” ucapkan belum selesai.

“Sudah bu.. Kita sama-sama tahu kok.. Jangan muna dehhh.” ucapnya sambil masuk dalam mobil, aku lalu reflek memundurkan tubuhku karena posisi Denny mendekat dan mendesakku mundur.

Nampaknya ini yang ia inginkan karena setelah itu ia menutup bagasi mobil dengan sebuah tombol dan otomatis secara perlahan pintu bagasi tertutup. Aku yang terpojok tak bisa berbuat apa-apa lagi ketika tubuh Denny menerkamku dan dengan beringasnya ia mulai membuka satu persatu kancing bajuku.

“Jangan. aku bisa teriak loh..”

“Udahlah bu jangan ngelawan, ibu sendirikan yang minta diluar, lagian kalau mau teriak harusnya udah dari tadi.. Satu lagi bu, kalaupun ibu teriak nggak ada yang dengar, ingatkan si satpam Yadi ? Dia lagi asik ngentotin pacarku di dalam.”

Ucapan Denny membuatku terdiam sesaat dan ketika ia beraksi lagi ingin melucuti pakaianku aku kemudian kembali menahannya.. Membuat ia menjadi sedikit emosi dengan nada yang sedikit meninggal namun tak membentak.

“Apa lagi sih bu.. Kalau ibu banyak nahannya makin lama kita, kalau lama bisa ketahuan kita, kalau ketahuan mau ibu kayak Ifa di entotin tuh satpam.” ucap Denny dengan cepatnya membuatku jadi binggung..

“Maksud kamu apa? ”

“Ya ampun bu.. Ngak mungkin kan Ifa mau sama tuh satpam tanpa ada alasan, gini.gini yah.” ucapnya sedikit menjelaskan.

“3 minggu lalu aku dan Ifa ketahuan berbuat mesum di kantor, trus sama si Yadi dibawa ke kantornya ternyata dia sudah 3 kali mergoki kami, cuman kali ini aja dia berani sama kami karena punya videonya yang ia rekam. biar damai akhirnya kami kasi dia uang, ditukar sama Hpnya, cuman nggak tahu kenapa tuh bangsat bisa ngentotin Ifa, aku curiga dia punya rekaman lainnya.. “ Ucap Denny menjelaskan.

Kumpulan Cerita Seks Selingkuh Terupdate
Belum sempat aku mencerna kata-kata Denny, ia sudah menyergapku dan kembali melucuti bagian dadaku sehingga payudaraku kembali mencuat di matanya, posisi Denny sudah menindihku di atas mobil yang sempit ini, ia duduk mengangkang di atas perutku dimana kakiku sedikit tertekuk karena space mobil yang tak terlalu panjang.

“Aahhhh” desahku lirih, saat Denny berhasil menggapai putingku dengan bibirnya.

Terasa permainan lidah Denny pada puting kananku yang kemudian di sedotnya secara terus menerus setelah merasakan keanehan.

“Wwah bu.. Masih ada asinya yah ?” ucap Denny setelah selesai menyedot sedikit asi payudara kananku, ia melihatku dengan tatapan takjub, sedangkan dengan sayu aku menatapnya melalui bantuan cahaya dari luar yang sangat sedikit.

“Ahhhh…” desahku lagi saat Denny kembali menunduk dan mengeyot puting kiriku.

Aku yang tadinya sempat turun birahinya kembali dibuat meninggi oleh Denny, permainan lidah dan jemari di kedua puting payudaraku membuat aku kembali terbang dalam birahi. Tanpa sadar aku sudah berada dalam kuasa Denny. Tanganku yang tadi menahan tubuh Denny malah sekarang merangkul dan meremas lembut rambut kepala Denny yang bekerja mengenyot menikmati cairan Asiku.

Kepalanya berpindah kiri dan kanan mencari cairan-cairan putih di antara 2 gunung kembar ku dimana biasanya anakku Aldi yang berusia 1,5 tahunlah yang berada disana. Ada perbedaan antara kenyotan anakku dan Denny, terasa lembut kenyotan pria dewasa ini dibanding anakku dan terkadang aku merasakan gigitan2 halus yang membangkitkan birahi dibanding gigitan2 menyakitkan yang biasa aku terima kala menyusui aldi.

Dan semua ini mengingatkanku kembali akan suamiku yang juga beberapa bulan yang lalu pernah beberapa kali “mencuri” Asi makanan anaknya saat kami berhubungan badan.

“Luar biasa.. Baru pertama kali aku merasakan wanita ber-Asi, ternyata tak buruk juga yah?” ucap Denny kembali menatapku setelah lama beroperasi di gunung kembarku.

Tenggorokannya terlihat naik turun menelan Asi yang ia sedot, sementara kedua tangannya kembali memainkan puting payudaraku yang sudah menegang dan membesar seukuran jari.

Mata sayuku seketika terbuka saat kembali kepala Denny turun, namun kali ini bukan payudaraku yang ia incar melainkan bibirku yang ia incar dan lumat. Sedikit aku terkaget tak menyangka ia akan memangut bibirku, mencari dan menyedot bibir atas dan bawahku, kemudian berusaha memasukan lidahnya ke dalam.

Aku sedikit melawan dan berpaling tapi Denny tetap gencar dengan aksinya, ia terus menerus menyerang bibirku hingga akhirnya bisa ia dapatkan, kemudian ia berusaha lebih dalam lagi memasukan lidahnya.

Awalnya aku sedikit melawan namun seiring waktu dan kebringasan Denny melahap bibirku akhirnya aku kalah dibuatnya, mulutku terbuka dan seketika itu juga benda lunak itu menyerang masuk ke dalam dan menjajal lidah dan juga rongga mulutku, begitu liar dan beringas. Mas imran saja tak pernah seperti ini padaku. Karena biasanya aku yang bertindak seperti ini pada suamiku, lalu kali ini ada pria lain yang bertindak liar akan diriku.

Aku di-drive sehingga tak terasa aku sedikit membalas pangutan liar Denny dengan mengerjai lidahku yang diajak bergerak oleh lidah Denny sedari tadi dan seperti yang diharapkannya akhirnya kami bertempur lidah dan pagutan serta bertukar liur.

Udara semakin panas begitu juga pagutan kami, aku seakan kehilangan akal kalau pria yang sedang kulayani pagutannya bukanlah suamiku. Bahkan aku tak menyadari kalau Denny sudah tak lagi menindihku dan tangannya sudah tak lagi memainkan puting ku.

Bahkan aku secara reflek mengangkat pinggul dan bokongku saat aku rasakan ada yang menyentuh bagian lain di tubuhku, seakan menyambutnya. Entah sejak kapan? Tapi yang kurasakan adalah telapak tangan Denny sudah berada diatas selangkanganku yang terbuka lebar dengan rok yang sudah tersingkap. Dimana tangannya sudah menyusup ke dalam celana dalam yang masih aku kenakan.

“Mmmppppttt…” desah yang terhalang pangutan panas antara aku dan Denny.

Jemari Denny ternyata sudah bermain di atas vaginaku tanpa terhalang apapun, kulit jarinya menyentuh kulitku dan menggesek-gesek vaginaku serta memainkan klitorisku. Tubuhku seakan sudah dikuasai oleh sentuhan2 Denny.

Aku merasakan bagaimana jemarinya yang mulai masuk ke dalam vaginaku dan bermain di sana mengorek isi dalamnya sembari kami terus berpangutan dan menghisap satu sama lain. Namun Denny tak terlalu lama memainkan vaginaku yang sudah basah ini, tak selama ketika ia menikmati menyusu di gunung kembarku.

“Sssstt ahhh.” desahku saat pangutan kamu terlepas dan Denny dengan cepat berpindah di depanku.

Aku masih menarik nafas ketika Denny menarik celana dalam ku hingga sampai di lututku. Aku berusaha sadar membuka mata yang tadi tertutup akibat pangutan dan rangsangan Denny. Aku melihatnya kini sudah berada di depanku dan tak lama kemudian aku merasakan sentuhan benda asing yang bukan jemari Denny berada tepat di pintu masuk vaginaku.

“Tungguu..” teriakku. Menahan pergerakan Denny, ketika tahu yang di depan itu adalah penis Denny, entah sejak kapan ia membuka resleting dan mengeluarkan pusakanya itu.

Denny terlihat kaget ketika teriakanku menjadi nyaring, Ia menatapku.. Wajahnya seloah melukiskan banyak tanya… Namun ia kembali tersenyum sesaat.

“Tunggu bentar den.. Jangan masukin dulu.”

“Aaarrrgghhhhhh” desahku saat belum selesai berbicara namun Denny sudah melesatkan penisnya masuk.

Aku bisa merasakan desakan benda asing yang masuk dengan cepatnya tanpa halangan dibantu cairan pelumasku. Panas dingin aku rasakan menyelimuti tubuhku, kepalaku tiba-tiba seperti sangat ringan dan kemudian tiba-tiba sangat berat. Kekuatan di lengan dan kakiku juga seketika menghilang seiring tubuhku yang mulai bergoyang-goyang.

Di depanku sosok pria yang bukan suamiku, pria yang tak begitu aku kenal, bahkan baru beberapa kali saja aku berpapasan dan berjabat tangan dengan dia, selebihnya hanya cerita-cerita yang di kumandangkan pacarnya alias Ifa rekan kerjaku saja sehingga aku mengenal sosok ini.

Sosok yang adalah sumber kebingunganku, sumber semua rasa aneh di tubuhku oleh karena perbuatannya sekarang, perbuatan yang seharusnya hanya di lakukan oleh sepasang suami istri.

Aku hanya bisa menatap sayu wajahnya yang tengah menikmati setiap moment yang ia lakukan sambil merapatkan bibir dan tangan menutup mulutku yang suka bawel saat berada di keadaan seperti ini.

Keadaan dimana kelamin pria dan wanita bertemu, keadaan yang akan menimbulkan rasa nikmat tak terlukiskan. Rasa yang sudah 6 bulan ini tak aku dapatkan dan semakin hari semakin menggebu-gebu, hingga terjadilah seperti ini.

Kedua kakiku tertekuk dibuatnya dalam posisi rapat dan diletakan di atas pundak kirinya dimana betis kakiku yang menganjal disana, sementara kedua tangannya menahan dan memeluk kedua kakiku agar tak terlepas. Pinggulnya bergerak, mulai ia percepat seiring dengan hujaman-hujaman kenikmatan yang mulai aku rasakan nikmatnya.

“Plak..plakk..plakk..” bunyi dibawah sana.

“Ouuhh bu.. Nikmatnya.. Padahal udah pernah lahiran.. Masih nge-grip gini..” ucap Denny sambil terus “bergoyang”.

Kedua kakiku kemudian ia pisah dan lebarkan, setelah sebelumnya melolosi celana dalam dari tubuhku yang masih bertenggar di sana, kedua kakiku kemudian masing-masing ia letakan di pundaknya, sambil tersenyum ia berucap.

“Uhh.. Gini aja yah.. Kalau kayak tadi jepitannya kerasa banget, hampir keluar aku” ucap Denny sambil sedikit ia menarik napas dan berhenti menggoyangkan pinggulnya.

Ketika Denny berhenti barulah aku bisa tahu dan merasakan ukuran penisnya yang jujur lebih gede dan panjang dibanding punya suami.

“Sssttt ahhh.. Mmppttt…” desahku yang kemudian sedikit aku tahan dengan mengulum bibir ku.

Denny hanya bergoyang kecil namun ia mulai menyentuh klitorisku dengan jempolnya dan memainkan serta meremas puting payudaraku sehingga aku mendesah karena titik sensitifku diserang bersamaan.

“Enak yah bu diginiin..? Sampai mendesah gitu.” ucap Denny menggodaku sambil mulai bergoyang pelan dan kembali memainkan jemarinya..

“Jangan ditutup dong mulutnya, kalau mau mendesah, mendesah aja bu.. “ ucap Denny sambil menarik kedua tanganku dari mulutku.

Cerita Seks Bokep Indonesia Terbaru
Aku masih tetap mengulum bibirku berusaha agar tak mendesah, karena kalau aku mendesah sama saja artinya aku menikmati ini semua. Namun nampaknya Denny tak kehilangan akal untuk membuatku takluk.

Ia yang hanya bergoyang pelan kemudian aku rasakan menarik penisnya sedikit lebih jauh hingga hampir keluar namun kembali ia masukan dari lewatkan kedalam hingga mentok dengan sekali hentakan..

“Plakkk….” bunyi peraduan selangkangan kami.

“Ouuuggggghhh.” suara desah yang aku keluarkan lebih ke arah perih karena hentakannya itu aku rasakan mentok mengenai rahimku.

“Sudah bu nggak usah jaim.. Nikmati aja.. Kalau mau desah, desah aja.. Nikmat ini.. udah terlanjur juga.” ucap Denny lalu kemudian ia mulai bergoyang kembali dengan tempo yang mulai cepat..

“Gimana nikmat kan.. Apa diginiin?” ucap Denny yang kemudian menurunkan badannya mendekati ku sehingga kedua kakiku jatuh tak lagi di pundaknya.

Denny yang kini berada di atasku lalu meremas dan memainkan puting payudaraku dan seketika aku merasakan sebuah hisapan kembali terjadi di putingku..

“Sshh ahh mhh ahhh.” desahku kali ini tak tertahankan..

“Oohh di kenyot dulu nih baru mau ngedesah.” ucap Denny yang nampak menemukan kelemahanku..

“dahh.. Ssssttthh ahh jangan…. Mmmmpptt ahhh ssstthh ahhh uhhhh..” desahku semakin menjadi-jadi karena Denny begitu lihai berpindah mengentot dan menghisap puting kiri dan kananku..

“Aahh gimna enakan gini kan bu.. Btw asinya tambah banyak aja, jadi nggak haus lagi nih..”

“Sstt ahhh.. Ouggh udah jangan.. Ahh sstt…” ucapkan yang tak tahu lagi apa yang aku ucapkan saking nikmat diperlakukan Denny.

Tanpa sadar aku merangkul kepala Denny yang asik beroperasi di kedua payudaraku dan melingkarkan kakiku erat di pinggulnya sementara ia terus mengenjotku, desahanku pun semakin keras dan tak terkontrol..

“Ouhh mmhh ahhh sstt ahh aku.. aku…. Akuu mauu…” ucapkan terbata-bata..

“Aaaaaarrrggghhhttt….” sebuah lenguhan panjang aku keluarkan seiring bergetarnya tubuhku dan keluarnya cairan cinta dariku yang menandakan aku sudah menggapai orgasmeku..

Denny sendiri nampaknya mengerti dengan apa yang aku alami sehingga ia memberi ruang dan menghentikan genjotannya. Kepalaku saat itu sangat ringan dan juga terasa tulang-tulang di tubuhku seperti terlepas dari sendi-sendinya..

Sebuah orgasme yang aku dapatkan, sungguh luar biasa meski dalam situasi yang tak aku inginkan.. Nafasku masih memburu namun perlahan mulai mereda..

“Uhhh bu.. Nikmat banget emootannya.. Aku mau keluar juga nih… Kalau ibu gini terus aku bisa keluar di dalam loh.” ucap Denny berbisik hingga menyadarkanku.

“Jangan.. Jangan didalam Denn.. Diluar.. Aku sedang subur..” ucapku sedikit sadar walau masih memejamkan mata.

“Gimana mau di luar bu.. Ibu aja dudukin saya.. Nggak bisa gerak nih..” ucap Denny yang akhirnya membuat aku membuka mata.

Aku sedikit terkejut karena posisiku saat ini merangkulnya erat sembari tubuhku tegak menduduki tubuh Denny, sejak kapan? Kenapa aku tak sadar..

Tapi benar kata Denny kalau dalam posisi ini ia tak bisa menarik penisnya keluar.. Akhirnya aku sedikit mengangkat pinggulku dibantu dengan Denny karena kekuatanku masih belum pulih.

Setelah itu akhirnya Denny menarik penisnya keluar dari vaginaku lalu ia mulai mengocok penisnya dan kemudian..

“Ahhhhh…..” desah Denny juga sedikit bergetar.
“Crott..crott.. Crott…” Denny terlihat sudah menembakan pejunya.

Yah benar.. Peju Denny benar2 terlihat.. Terlihat melayang diantara sela2 tubuh kami, muncrat kemana-mana terutama mengenai bajuku dan atap mobil saking kuatnya semprotan itu..

Untung saja aku sempat menarik tubuhku, berpindah sebelum ia memuncratkan pejunya, kalau tidak dengan semprotan seperti itu bisa saja langsung mencapai rahimku..

Aku sedikit tertegun ketika dalam posisi ini membuatku harus melihat tubuh bagian bawah Denny, penis Denny yang baru saja mengalami ejakulasi terlihat penuh di tangannya..

“Gede.” celetukku dalam hati ketika pertama kali dengan mata melihat penis Denny.

“Maaf bu muncrat kemana-mana.” ucap Denny yang kemudian bergerak ke depan mengambil tissu dari dasboardnya lalu berusaha membersihkan sisa-sisa peju di bajuku dan langit2 mobilnya dan sedikit di hijabku.

Aku saat itu hanya terdiam sambil berusaha mencari dalamanku dan menutup kembali kancing baju dan bra yang memang sengaja aku beli dengan model memudahkan untuk di buka dari depan, karena aku masih menyusui anak ku yang berumur 1,5 tahun itu..

“ini bu dalemannya.. Makasih yah.” ucap Denny sambil menyerahkan dalamenku.

Aku tak menjawabnya hanya meraih dalemanku kemudian tanpa memakainya aku menurunkan rokku yang tadi disingkap Denny hingga pinggul ku. Denny sendiri lalu kemudian membuka pintu belakang mobil sehingga dinginnya udara kembali menyegarkanku yang basah oleh keringat akibat permainan singkat kami..

“Mau langsung pulang yah bu.. Ini berkas nya yang tadi dititip.” ucap Denny ketika melihatku masuk dalam mobilku..

Masih tanpa suara aku tak menggubrisnya karena kesadaranku sudah pulih benar, aku hanya mengambil berkas itu kemudian membawa mobil ini keluar dari kantorku dimana anakku Aldi masih terlelap di kursi depan… Begitulah malam tak terduga yang aku alami….,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,